REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar kuliner nusantara William Wongso menganggap menyandingkan nama Kota Padang dengan nama restoran nonhalal itu tidak elok. Pendapat itu ia sampaikan ketika dimintai komentar mengenai restoran Babiambo yang menjual nasi padang babi.
"Di Indonesia kan kebanyakan Muslim, dan juga Padang identik dengan (makanan) halal. Kalau mau bikin itu (rendang) versi lain, nggak usah disebut Padang," kata William kepada Republika.co.id, Jumat (10/6/2022).
Jika dilihat dari sisi perkembangan kuliner di Nusantara, William mengatakan, daging babi boleh saja dimasak dengan bumbu rendang. Secara masakan, daging babi tidak masalah diolah dengan bumbu rendang.
"Kalau masakan sendiri tak masalah, tapi dengan penyebutan Padangnya itu yang identik sama masyarakat Muslim," kata William.
Bagaimana dengan kuiner non halal yang dimodifikasi dengan resep halal? William mengatakan, hal tersebut cenderung mudah diterima masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim.
"Iya, kalau (menurut) saya ya nasi campur saja dengan rendang non-halal, tanpa sebut daerahnya," ujar dia.
William mengungkapkan, sebenarnya daging merah apa saja bisa dimasak dengan bumbu rendang. Namun, William mengatakan, secara pribadi tidak suka masakan babi bumbu rendang.
William pernah bereksperimen memesan paniki (daging kelelawar) dengan bumbu rendang. Menurut dia, rasanya enak. "Buat saya, daging babi nggak cocok dimasak rendang. Saya pernah menemui nasi campur dengan pilihan rendang babi. Tapi dia nggak gembar-gembor (menyebut nasi Padang)," ujar dia.
Menurut William, daging hewan liar banyak yang bisa direndang. Dia pernah bereksperimen daging binatang di Afrika dan berhasil. Apa yang terenak versi William? Ia menilai, paniki yang tetap kuat dengan bumbu rendangnya.