Kamis 04 Jul 2019 18:54 WIB

Say I Love You Diangkat dari Kisah Nyata Pemuda Kota Batu

Say I Love You merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang pemuda Batu, Jawa Timur.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Aldi Maldini
Foto: Shelbi Asrianti/Republika
Aldi Maldini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Robet (Aldi Mandini), anak seorang penjual cilok di Pacitan, selalu malas belajar. Dia menganggap itu sia-sia karena pada akhirnya hanya akan mewarisi pekerjaan sang ayah.

Setelah diterima menjadi siswa SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu, Jawa Timur, gelagatnya tak berubah. Robet tetap bandel, seperti suka merokok dan minum alkohol.

Padahal, sekolah yang didirikan Julianto Eka Putra (Verdi Solaiman) itu merupakan sekolah istimewa. SMA SPI hanya menerima siswa yatim piatu, dhuafa, dan yang tidak mampu, tanpa biaya sepeser pun.

Robet belum memahami keistimewaan dirinya yang memiliki kesempatan bersekolah di sana. Dia terus berbuat onar, juga melanggar aturan sekolah untuk tidak berpacaran.

Kenakalan Robet kian menjadi-jadi, sampai tidak lagi bisa ditolerir. Dia pun terancam dikeluarkan. Dalam kondisi mendesak, suatu peristiwa menyadarkan Robet tentang pentingnya pendidikan.

Kisah Robet hadir dalam film Say I Love You yang tayang di bioskop mulai 4 Juli 2019. Tidak hanya remaja itu, dikisahkan pula sejumlah kawannya yang bersekolah di SMA SPI.

Dinamika mereka beradaptasi di sekolah spesial tersebut bakal dikupas dalam film arahan sutradara Faozan Rizal. Begitu pula sosok Julianto yang sangat kharismatik dan bekerja tanpa pamrih untuk pendidikan.

Menariknya, sosok Julianto, Robet, dan para siswa lain di SMA SPI adalah orang-orang yang ada di dunia nyata. Sekolah itu mulai dibangun pada 2005 dan menerima angkatan pertama pada 2007.

Kiprah SPI membuat sekolah mendapat penghargaan Kick Andy Heroes pada 2018. Selain mendapat pendidikan gratis, para siswa juga dibekali keahlian menjadi wirausahawan yang independen.

Julianto mengatakan, inisiatif mengangkat kisah SMA SPI dalam film tidak datang dari dirinya maupun pihak sekolah. Rumah produksi Multi Buana Kreasindo meminta izin untuk mengadaptasi kisah nyata itu menjadi film.

Dia menyampaikan tujuan mendirikan sekolah, yakni supaya anak-anak yang kurang beruntung tidak putus sekolah. Saat awal berdiri, angkatan pertama SMA SPI terdiri dari 30 siswa dari Sumatra sampai Papua, termasuk Robet.

Mereka semua memiliki karakter berbeda, punya kelebihan, tapi juga memendam luka dalam diri masing-masing. Salah satunya akibat kondisi keluarga tidak utuh, kendala finansial, atau malah tidak pernah mengenal ayah ibunya.

"Kami belajar bersama-sama, saling menerima perbedaan, saling menyembuhkan dan berjuang bersama mencapai tujuan," kata Julianto yang menciptakan lagu tema film berjudul sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement