REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi tahunan yang dipresentasikan oleh perusahaan navigasi, TomTom, baru-baru ini merilis Laporan Indeks Lalu Lintas 2018. Laporan itu menyajikan data tentang tingkat kemacetan lalu lintas.
Dikutip dari Times Now News, studi ini melaporkan Mumbai, India, menjadi kota paling padat di dunia dalam hal lalu lintas. Sedangkan Jakarta masuk dalam posisi ketujuh sebagai kota termacet.
Lalu lintas telah mencapai titik di mana orang menghabiskan lebih banyak waktu di jalan karena terjebak kemacetan daripada di tempat tujuan atau rumah. Masalah peningkatan waktu perjalanan di mobil juga menyebabkan risiko kesehatan.
Jam mengemudi yang panjang mungkin menempatkan pada risiko penyakit dan gangguan tertentu yang sangat tinggi. Hal ini didorong dengan kondisi tubuh yang diharuskan duduk selama berjam-jam dan tidak melakukan apapun.
Menurut banyak penelitian, duduk dalam waktu lama dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan seperti obesitas, masalah jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan lainnya. Terlepas dari penyakit-penyakit ini, duduk dalam waktu lama juga dapat menyebabkan nyeri kaki kronis, varises, dan pembengkakan pada kaki.
Duduk dalam waktu lama juga dapat menyebabkan pembekuan darah di kaki. Gumpalan yang dikenal sebagai Deep Vein Thrombosis (DVT) ini akan menghambat seseorang untuk mengemudi setidaknya selama dua bulan dan bisa mengancam jiwa. Nyeri punggung adalah efek umum dari duduk dalam waktu lama yang dialami oleh orang yang mengemudi atau duduk berjam-jam di meja kerja.
Sebuah studi yang dilakukan di Australia pada 2017 menemukan orang yang menghabiskan lebih dari dua jam mengemudi 33 persen lebih mungkin merasa tertekan secara psikologis. Mereka juga akan menghadapi masalah kesehatan lainnya seperti obesitas ketika dibandingkan dengan yang bukan pengemudi. Mengemudi dikaitkan dengan salah satu penyebab stres paling umum pada orang.
Mengemudi selama berjam-jam di lalu lintas dapat berkontribusi lebih banyak untuk menimbulkan stres. Mereka sangat disarankan untuk memasukkan beberapa bentuk manajemen stres dalam rutinitas untuk mengurangi risiko kanker, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan stres tinggi.
Selain itu, tertahan di dalam mobil pun sangat memungkinkan seseorang untuk terpapar polusi. Mobil berkontribusi banyak terhadap polusi udara dengan melepaskan gas dan senyawa di atmosfer yang bisa menjadi racun. Tertahan di dalam mobil juga memungkinkan pengemudi terpapar bentuk polusi lain yaitu suara.
Ketika terjebak dalam kemacetan lalu lintas, kendaraan akan berkontribusi terhadap polusi suara juga. Di dalam mobil tidak menutup risiko untuk merasakannya dan berkontribusi meningkatkan stres, mengganggu pendengaran, dan menyebabkan sakit kepala.
Menurut data dari Badan Perlindungan Lingkungan, rata-rata orang dewasa menghirup 3.400 galon udara per hari. Mengemudi sekitar dua jam sehari sama dengan menghirup galon udara yang tercemar yang dapat menyebabkan asma dan masalah paru-paru lainnya.