REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Disadari atau tidak setiap orang pada dasarnya pernah bergosip. Dibandingkan berbicara mengenai ide-ide produktif, orang-orang biasanya lebih suka membicarakan orang lain ketika menjalin percakapan sehari-hari.
Studi terbaru dalam jurnal Social Psychological and Personality Science mengungkap rata-rata orang menghabiskan 52 menit per hari untuk bergosip. Tim peneliti mengatakan bergosip pada dasarnya adalah membicarakan seseorang yang sedang tidak ada. Bergosip tidak harus selalu tentang menyebarkan rumor buruk atau kisah memalukan tentang orang lain.
Berbagi informasi sederhana tentang orang lain juga bisa dikategorikan sebagai bergosip. Sebagai contoh, ketika seseorang memberi tahu lawan bicara bahwa sepupunya akan menikah, itu bisa dikategorikan sebagai bergosip.
Profesor di bidang psikologi dan neurosains di Duke University Mark Leary mengatakan ada alasan mengapa seseorang rela menghabiskan waktu hampir satu jam per hari hanya untuk bergosip. Bergosip, lanjut Leary, merupakan insting manusia yang mendasar.
Pada dasarnya hidup manusia berakar pada kelompok. Manusia tidak hanya bergantung pada kelompok, tetapi juga orang-orang di dalam kelompok untuk bisa bertahan.
Sebagai contoh, seseorang akan bergantung pada keluarga untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang, makanan, serta tempat tinggal. Seseorang akan bergantung pada teman untuk interaksi sosial dan persaudaraan. Seseorang akan bergantung pada pemberi kerja untuk mendapatkan uang dan kesejahteraan.
"Untuk itu, mereka (manusia) membutuhkan informasi sebanyak mungkin tentang orang-orang di sekitar mereka untuk mengetahui beragam hal," terang Leary seperti dilansir Health.
Karena itulah, orang bergosip untuk mengtahui apa yang orang lain suka atau tidak suka. Orang juga bergosip untuk mengetahui siapa yang bisa dan tidak bisa dipercaya. "Untuk mengetahui siapa berteman dengan siapa, seperti apa kepribadian dan sudut pandang orang lain," lanjut Leary.
Pada intinya, bergosip merupakan salah satu kunci manusia bisa bertahan hidup. Bergosip juga memeberi kesempatan bagi seseorang untuk memahami lebih dalam mengenai lawan bicara mereka.
"Saya bisa belajar tentang tingkah laku, keyakinan, dan cara Anda menghadapi orang lain dengan cara melihat Anda dan apa yang Anda gosipkan," jelas Leary.
Selain dapat memberikan informasi, bergosip juga dapat memperkuat ikatan sosial dengan orang lain. Namun terkadang, bergosip juga bisa berujung pada konsekuensi negatif.
"Misalnya bila orang yang dibicarakan mengetahui bahwa dia dibicarakan diam-diam atau orang lain yang mendengar menilai pembicara sebagai orang yang tak bisa dipercaya," tukas Leary.