REPUBLIKA.CO.ID, ALBUQUERQUE -- Dua orang terinfeksi HIV usai menjalani prosedur facial vampir di sebuah klinik spa di Kota Albuquerque, New Mexico. Dilansir laman Fox News, diduga lebih dari 130 mantan pasien VIP Spa di sana menjadi korban. Pejabat kesehatan New Mexico mengkonfirmasi klien yang melapor kali ini didiagnosa tertular HIV.
Korban terkena HIV setelah menerima prosedur terkait suntikan di klinik tersebut menurut laporan KRQE. Klinik spa itu telah ditutup pada September 2018. Penutupan dilakukan setelah pejabat kesehatan dan perwakilan dari Departemen Regulasi dan Perizinan New Mexico Barbers and Cosmetologists Board mengunjungi lokasi dan menemukan praktik mengenai prosedur injeksi.
"Di tahun ini, kami diberitahu tentang infeksi kedua," kata pejabat departemen kesehatan New Mexico, Tierney Murphy. Kemungkinan kasus yang dilaporkan kali ini disebabkan oleh perawatan di klinik yang menawarkan beberapa prosedur, termasuk facial vampir.
Perawatan wajah ini diketahui mengekstraksi trombosit dari darah klien yang kemudian disuntikkan kembali ke wajah pasien melalui jarum mikro. Facial vampir semakin populer setelah selebritas seperti Kim Kardashian menjalani perawatan wajah itu.
Akan tetapi praktik yang dilakukan diduga tidak aman karena menempatkan kliennya dalam risiko tertular HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C, dan penyakit lainnya. "Itu jauh di luar ruang lingkup praktiknya sebagai ahli kecantikan, sehingga tidak akan menjadi sesuatu yang bahkan akan kami lisensikan," kata Kathy Ortiz, wakil direktur Dewan dan Komisi kepada KRQE.
Klinik VIP Spa tidak punya lisensi, jadi pada dasarnya itulah sebabnya pemerintah menutup tempat praktik. Pemilik spa sebelumnya mengatakan kepada KOAT Action News bahwa dia bekerja sama dengan pejabat kesehatan. Klinik mengklaim hanya menggunakan jarum sekali pakai.
Dalam tren perawatan wajah facial vampir, studi ilmiah belum membuktikan bahwa prosedur itu memiliki efek jangka panjang. Dokter juga menganggap prosedur itu relatif aman tetapi selalu ada risiko dalam hal penanganan darah.
Risikonya seperti infeksi saat menggunakan produk darah lebih besar daripada menggunakan injeksi steril. Ahli bedah plastik yang berbasis di New York, Michelle Copeland, mengatakan karena bukan menggunakan jarum suntik tertutup, jadi ada risiko saat mentransfer produk dari satu tabung ke tabung lainnya.