REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pertunjukan musik bukan sekadar ajang menampilkan karya bagi musisi indie Yura Yunita. Selain ingin menghibur dan berbagi dengan penonton, dia juga menganggap konser sebagai penyembuh trauma.
"Semua orang pasti punya trauma yang pada akhirnya trauma itu, ketakutan itu, harus dihadapi. Konser ini bentuk self healing bagi aku," kata perempuan 27 tahun itu di konser "Merakit" di Balai Sarbini, Jakarta, Kamis (25/4) petang.
Yura mengakui, tidak mudah baginya menceritakan masalah kepada orang lain. Dia hanya bicara pada orang terdekat, termasuk pakar penyembuhan holistik Reza Gunawan. malam itu, Reza hadir di kursi penonton bersama sang istri, penulis Dee Lestari.
Dengan tersendat-sendat, Yura membagikan trauma masa kecilnya di antara jeda total 15 lagu yang malam itu dibawakan. Dia tidak secara gamblang mengisahkannya, tetapi cukup untuk membuat ribuan hadirin di ruangan merasakan sesak yang dia rasa.
Trauma itu berhubungan dengan sang kakak, yang sejak kecil memiliki komunikasi kurang baik dengannya. Mereka berdua jarang berbincang, hanya seperlunya, bahkan kerap hanya sebulan sekali. Kondisi dingin itu berlanjut sampai dewasa.
Yura ragu apakah kakak lelakinya menyayangi dia. Padahal, talenta bermusik sang kakak yang menginspirasi Yura untuk mendalami karier yang sama. Malam itu, Yura menghadapi traumanya dengan mengajak sang kakak naik panggung.
Diiringi permainan kibor sang kakak, Yura melantunkan lagu "Pelangi" yang dipopulerkan almarhum musisi Chrisye. Yura hendak menyampaikan lirik penuh makna dalam lagu itu kepada saudaranya. Keduanya berpelukan di atas panggung.
"Takkan ada melodi, lagu, karya Yura yang tercipta tanpa senyum dia. Mudah-mudahan jadi hari bersejarah buat aku dan kakak aku sampai tua nanti," ujar Yura.
Konser menjadi perayaan album kedua Yura, Merakit, yang rilis September 2018. Sebelum penyelenggaraan di Jakarta, "Yura Merakit Intimate Konser" juga dihelat di Teater Tertutup Dago Tea House, Bandung, pada 6 Maret 2019.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
