REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kombinasi emosi mewarnai konser tunggal musisi Yura Yunita di Balai Sarbini, Jakarta, Kamis (25/4) petang. Pertunjukan musik bertajuk "Merakit" itu menyajikan banyak keriangan, tawa jenaka, juga membersitkan rasa haru.
Selepas pukul 20.00 WIB, ribuan hadirin bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Ritual tanda nasionalisme itu berlanjut dengan orkestra lengkap yang memainkan instrumen lagu-lagu Yura. Video rekam jejak Yura ditayangkan pada layar.
Semakin lama, alunan musik semakin intens. Lantas, terdengar suara Yura melantunkan penggalan lagu lawasnya pada 2014, "Balada Sirkus". Penonton masih celingukan karena sosok musisi yang ditunggu-tunggu belum hadir di atas panggung.
Yura muncul di atas panggung beberapa menit kemudian. Penampilannya terlihat berbeda. Rambut hitamnya yang panjang dan lurus kini ditata menjadi keriting dengan lilitan bandana. Busana silver menambah glamour aksi energiknya.
"Selamat malam Jakarta, apakah kamu siap untuk konser Yura Merakit? Apakah kamu siap?" kata Yura sebelum membawakan lagu berjudul "Apakah Kamu".
Pembuka konser itu membangkitkan keriangan hadirin. Yura bernyanyi sambil berjoget bersama sejumlah penari latar. Lagu selanjutnya yang berbahasa Sunda, "Kataji", tidak kalah menyenangkan karena irama rancaknya membuat bergoyang.
Selama sekitar dua setengah jam, Yura membawakan 15 lagu. Sembilan lagu termuat dalam album keduanya, "Merakit", yang rilis September 2018. Beberapa judulnya yaitu "Harus Bahagia", "Takkan Apa", "Dekap", dan "Buka Hati".
Lagu lain berasal dari album pertama, seperti "Get Along with You" dan "Cinta dan Rahasia". Yura membawakan tembang "Pelangi" dari Chrisye dengan iringan kibor kakak lelakinya. Selama konser, dia banyak bercerita mengenai perjalanan hidupnya.
Kolaborator istimewa pada konser adalah para penyandang difabel dari Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung. Suara merdu Yura dan belasan remaja yang tak dapat melihat itu berpadu dalam lagu "Berawal dari Tatap" serta "Merakit".
Perjumpaan dengan rekan-rekan difabel setahun silam sangat membangkitkan semangat Yura. Perempuan 27 tahun itu merasa tertampar karena melihat semangat para siswa Wyata Guna di tengah keterbatasan. Dia terinspirasi menciptakan album Merakit.
"Tanpa pertemuan dengan mereka, tidak akan ada album Merakit, tidak akan ada konser malam ini. Mereka semangat dan penguat saya, mengingatkan harus terus berani bangkit, merakit mimpi-mimpi," kata Yura mengusap air mata.