REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sejak aktif bermusik pada 1975, Iwan Fals sudah merilis 39 album dan 380 lagu. Lagu-lagunya memuat canda, romantisme, emosi, sampai kontemplasi. Banyak tembang yang menjadi hit dan digandrungi penikmat musik hingga kini. Di balik kepiawaiannya meramu musik, pria 57 tahun ini juga punya hobi melukis.
Sampai sekarang, sudah ada 133 lukisan yang dia buat. Iwan dan keluarga memamerkan sekitar 60 lukisan dalam pameran bertajuk Galeri Suara Hati. "Inspirasi semua lukisan ini, suara hati, dan suara pikir. Warna itu ajaib, melukis menenangkan buat saya, memberi kesempatan mau nangis, marah, atau santai," ujar Iwan di Leuwinanggung, Kota Depok, pada Senin (15/4) petang.
Sudah cukup lama Iwan melakoni hobi melukis, terutama setelah berpulangnya sang putra sulung, Galang Rambu Anarki. Kini, setiap kali memiliki cukup waktu luang, dia akan melukis. Setiap lukisan memiliki waktu pengerjaan berbeda-beda.
Terdapat sejumlah lukisan istimewa di antara puluhan lukisannya petang itu. Sebanyak 12 lukisan digunakan Iwan untuk mewakili lagu-lagu dalam album terbarunya, Rosana. Salah satunya dipilih sebagai sampul album.
Iwan melukis menggunakan cat akrilik dengan ukuran kanvas berbeda-beda. Harmoni warna pada karya dipulas menggunakan kuas, palet, serta variasi teknik lain. Dia membebaskan penikmat seni melihat karyanya secara vertikal maupun horizontal.
"Dari sisi dan sudut mana saja terserah. Silahkan menafsirkan dan menikmati sendiri," kata Iwan yang tidak berniat memberikan judul pada semua lukisannya.
Pameran Galeri Suara Hati terbuka untuk umum sampai dua pekan mendatang. Iwan dan pihak keluarga mempertimbangkan untuk menjual sebagian lukisan. Selanjutnya, dana yang terkumpul akan didonasikan lewat yayasan keluarga.
Seniman Hanafi yang hadir dalam pembukaan turut mengomentari karya-karya Iwan. Menurut dia, lukisan Iwan bervariasi. Ada yang mewakili aliran abstrak, surealis, dan impresionis. Sebagian sangat imajinatif dan ada pula yang dekoratif.
Pria kelahiran Purworejo, 5 Juli 1960, itu menganggapnya sebagai hal lumrah bagi seorang pelukis. Bahkan, sang pelukis bisa saja tidak memahami apa yang dia tuangkan pada karya. Seiring berjalannya waktu, barulah tiap garis dan warna beroleh makna.
"Dalam kesenian, tidak ada yang namanya kehilangan, yang ada hanya menemukan gairah hidup dan gairah mencipta," kata Hanafi yang menamatkan pendidikan seni rupa di Sekolah Seni Rupa (SSRI) Yogyakarta.