Kamis 04 Apr 2019 02:45 WIB

Pelesiran, Turis Obesitas Diadang Sejumlah Kendala (1)

Memiliki tubuh besar, turis obesitas menghadapai beragam kendala saat pelesiran.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Obesitas
Foto: www.dailymail.co.uk
Obesitas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berjalan-jalan ke luar negeri seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan. Namun, bagi wisatawan internasional yang obesitas, perjalanan ke luar negeri kerap diwarnai dengan beragam kesulitan yang cukup mengganggu.

Hal ini terungkap dalam hasil penelitian yang dimuat di Journal of Travel Medicine. Jurnal tersebut melansir bahwa wisatawan internasional yang obesitas cenderung menemukan kesulitan dalam melakukan penerbangan, menjangkau akses hotel, hingga kesulitan dalam melakukan beberapa aktivitas bersantai.

Baca Juga

Penelitian ini melibatkan 12 orang obesitas yang memiliki massa indeks tubuh dalam kategori 'obesitas' dan 'obesitas berat' sebagai partisipan. Mereka umumnya berusia 50-an tahun. Responden diwawancarai mengenai pengalaman mereka selama berwisata dan berjalan-jalan ke luar negeri.

Para partisipan melaporkan beragam pengalaman tak menyenangkan hingga memalukan selama melakukan perjalanan ke luar negeri. Beberapa di antaranya adalah ketidaknyamanan dan rasa malu selama penerbangan.

Perasaan itu muncul karena mereka mengalami kesulitan untuk melewati lorong peswat yang sempit, kesulitan untuk duduk di bangku berukuran kecil, hingga kesulitan untuk memasang sabuk pengaman karena sabuk pengaman yang tersedia tidak cukup panjang. Rasa malu juga muncul karena mereka mendapatkan prasangka buruk dari penumpang-penumpang lain.

Tak hanya itu, rasa tidak nyaman juga muncul karena penumpang obesitas tidak diperkenankan duduk di barisan pintu keluar darurat. Partisipan juga mengeluh bahwa mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk bisa mencapai counter check in karena jarak counter ke gerbang keberangkatan cukup jauh.

Di sisi lain, pihak bandara tidak menyediakan kursi roda berukuran besar yang cukup untuk para wisatawan obesitas. Partisipan juga kerap mengeluhkan keterbatasan akses terhadap sesuatu karena berat badan mereka. Sebagai contoh, partisipan terkadang sulit mengakses ruang hotel dan khawatir mengenai prosedur evakuasi bagi tamu hotel obesitas bila terjadi insiden.

Wisatawan obesitas juga lebih terbatas dalam mengakses aktivitas bersantai selama liburan. Misalnya, mereka tidak bisa mengikuti tur berjalan kaki ke bangunan-bangunan bersejarah karena ukuran atau kemampuan tubuh mereka tidak memungkinkan. Para partisipan menilai keterbatasan ini membatasi mereka untuk menikmati aktivitas liburan bersama anggota keluarga lain.

"Penelitian terkait pengalaman berjalan-jalan dari wisatawan dengan penyakit kronis masih langka, terutama yang mengungkap bagaimana kondisi mereka memengaruhi perjalanan wisata mereka atau bagaimana perjalanan wisata mempengaruhi manajemen penyakit mereka," jelas Dr Gerard Flaherty dari School of Medicine di National University of Ireland Galway seperti dilansir Reuters.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement