Sabtu 02 Mar 2019 06:12 WIB

Slank Rampungkan Album Baru Bernuansa Art-Rock

Album baru Slank sengaja direkam di Lokananta Solo.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Grup Band Slank
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Grup Band Slank

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup band Indonesia legendaris, Slank, tengah merampungkan album baru mereka. Setelah dua tahun tak menelurkan album, mereka berjanji akan segera merilis album bernuansa art-rock.

“Ya segera, kemarin kita sudah take 10 tracks di Solo, di Lokananta. Tinggal ada retake-retake yang kurang-kurang. Dan tinggal nambahin Abdee beberapa tracks, karena Abdee kemarin nggak ikut ke Solo,” kata Bimbim, di Markas Besar Slank di Jalan Potlot, Jakarta Selatan (1/ 3).

Baca Juga

Bimbim menjelaskan proses pembuatan album baru itu. Mereka telah membuat album itu sejak bulan puasa pada 2018 lalu.

Hanya saja, band yang lahir sejak 1983 itu memiliki kendala waktu yang terbatas karena harus menjalani tur. Liriknya, kata Bimbim, baru mulai bisa terselesaikan pada sekitar akhir Desember lalu.

Meskipun telah matang akan komposisi lagu dan lirik, Bimbim mengaku Slank masih belum bisa masuk ke dapur rekaman. Hingga pada akhirnya, Kaka, sang vokalis memiliki ide untuk melakukan rekaman di Lokananta yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah.

“Akhirnya datanglah kita ke Lokananta. Memang Slank bukan yang pertama rekaman di situ. Tapi harapan kita, setelah Slank rekaman di Lokananta, biar banyak yang nengok ke Lokananta. Harapannya akhirnya direnovasi, akhirnya fungsi Lokananta sebagai public vinyl itu dikembalikan lagi,” kata Bimbim.

Dengan adanya kunjungan dan perekaman album baru Slank di sana, kata dia, banyak pihak yang memperhatikan nasib Lokananta. Hal itu dalam upaya untuk membangkitkan dan menghidupkan kembali tempat bersejarah itu.

Selanjutnya, karena tempat itu bersejarah, Slank juga memutuskan untuk tetap berada di jalur orisinalitas musik. Artinya, Slank tak terpengaruh akan adanya perubahan digitalisasi musik seiring dengan berkembangnya teknologi.

“Jadi, kebetulan musik kita yang kita ambil lebih ke art-rock ya. Kita nggak mau ikut langsung, nggak ikut mendigitalisasi musik kita jadi dance music. Nggak,” jelas Bimbim.

Hanya saja, mereka memanfaatkan teknologi untuk kegiatan distribusi album, sistem bisnis, sistem berjualan, dan sistem promosi digital. Dengan harapan, hal itu dapat memudahkan Slankers dari Aceh sampai Papua bisa dengan mudah mendapatkan album baru Slank.

“Jadi dengan harapan, ya itu memperkecil dunia. Slankers di Papua di Aceh bisa dengar dan dapat rilisan fisik melalui boxset. Dunia sekarang ini mengecil. Kalau dulu dunia luas tak selebar daun kelor. Sekarang kebalik, dunia kecil seperti daun kelor,” ujar Bimbim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement