REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Risiko diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) tak hanya berkaitan dengan pola makan, aktivitas fisik hingga berat badan dan riwayat keluarga. Faktor psikologis juga diketahui turut berperan dalam menentukan risiko DMT2 pada seseorang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gejala depresi berkaitan dengan risiko kejadian diabetes yang lebih tinggi. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa sikap optimistis turut mempengaruhi risiko DMT2.
Seperti diungkapkan dalam jurnal Menopause, sikap positif seperti optimistis dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 pada perempuan pascamenopause. Hal ini terungkap setelah tim peneliti melakukan studi terhadap 139.924 perempuan pascamenopause yang tak menderita diabetes saat studi dimulai. Setelah 14 tahun, tim peneliti menemukan adanya 19.240 kasus DMT2 pada kelompok perempuan pascamenopause tersebut.
Dari data-data yang diperoleh, tim peneliti menemukan bahwa perempuan dengan rasa optimistis tinggi memiliki risiko mengalami DMT2 12 persen lebih rendah dibandingkan perempuan dengan optimisme rendah. Sebaliknya, perempuan yang kerap mengekspresikan emosi negatif memiliki risiko mengalami DMT2 sebanyak 9 persen lebih tinggi.
Perempuan dengan banyak perasaan kebencian juga memiliki risiko DMT2 sebesar 17 persen lebih tinggi. Hanya saja, pengaruh emosi negatif terhadap risiko DMT2 tidak begitu kuat pada perempuan obesitas.
"Optimisme rendah dan perasaan negatif serta kebencian yang tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko kejadian diabetes pada perempuan pascamenopause," papar tim peneliti yang diketuai oleh Juhua Luo PhD dari School of Public Health di Indiana University seperti dilansir Medical News Today.
Berdasarkan temuan ini, Direktur Eksekutif North American Menopause Society (NAMS) Dr JoAnn Pinkerton mengatakan risiko diabetes mungkin dapat dicegah melalui strategi pencegahan pada perempuan yang memiliki optimisme rendah, perasaan negatif tinggi dan kebencian.
"Sebagai tambahan dari menggunaakan kepribadian untuk mengidentifikasi perempuan dengan risiko diabetes lebih tinggi, strategi terapi dan pendidikan yang dipersonalisasi juga perlu digunakan," papar Pinkerton.