Senin 04 Feb 2019 19:25 WIB

Profesor Harvard: Kebanyakan dari Kita Menyia-nyiakan Waktu

Seseorang sering melebih-lebihkan jumlah waktu untuk menikmati pengalaman

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rapat bersama dengan rekan kerja
Foto: forbes.com
Rapat bersama dengan rekan kerja

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Harvard Business Review baru-baru ini menjelaskan alasan memprioritaskan waktu daripada uang dan membuat keputusan harian sesuai dengan itu. Namun profesor Harvard Business School, Ashley Whillans mengatakan kebanyakan dari Kita justru melakukan yang sebaliknya.

Ada salah satu poin paling menarik dalam artikel tersebut. Yakni seseorang melebih-lebihkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menikmati pengalaman. “Hasilnya Kami akhirnya membuang-buang waktu kecil yang bisa kami gunakan dengan lebih efektif,” kata Whillans, seperti yang dilansir Business Insider, Senin (4/2).

Lima menit dihabiskan bersosialisasi dengan seorang kolega atau 20 menit menggunakan mesin elips di gym seringkali memiliki manfaat membuat suasana hati lebih kuat daripada yang kita harapkan. Whillans tidak merinci bagaimana seseorang menyia-nyiakan waktu luang kecil. Pelajaran pertama di sini adalah pentingnya mencapai waktu luang yang intens.

Seperti pakar manajemen waktu Laura Vanderkam  di dalam bukunya Off the Clock. Ia mengatakan beberapa orang akan muncul di tempat kerja pada pukul 08.00 pagi tanpa tahu apa yang akan mereka lakukan hingga pukul 01.00 dini hari. Namun, orang-orang akan pulang pukul 18.00 serta tidak memikirkan apa yang akan mereka lakukan sampai pukul 23.00.

Sama seperti Whillans, Vanderkam secara khusus merekomendasikan bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Mereka yang menyediakan waktu untuk orang penting dalam kehidupan mereka ,kata Vanderkam, umumnya memiliki waktu untuk hal-hal yang mereka ingin lakukan.

Kedua, Kita adalah prediktor yang terkenal buruk tentang berbagai pengalaman apapun. Sebuah studi 2014 yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: General menemukan orang lebih bahagia ketika mereka berbicara dengan sesama, meskipun mereka berpikir akan lebih bahagia jika menjaga diri sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement