REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat yang membutuhkan layanan pemeriksaan fertilitas dan merencanakan program kehamilan semakin meningkat. Untuk itu, Morula In Vitro Fertilization (IVF) Yogyakarta terus memaksimalkan layanannya dengan mengembangkan teknologi IVF terbaru melalui Embryo Biotechnologi dan Intrauyterine Inseminasi.
Dalam memaksimalkan layanannya, dibuka layanan baru Poliklinik Bayi Tabung yang bekerja sama dengan Rumah Sakit JIH. Layanan ini telah dibuka sejak November 2018 lalu.
President Director Rumah Sakit JIH, dr Mulyo Hartana mengatakan, respons masyarakat sangat baik sejak dibukanya layanan baru ini. Hal ini, terlihat dari bertambahnya jumlah pasien yang membutuhkan layanan pemeriksaan fertilitas dan pasien yang merencanakan program kehamilan.
"Kita berkomitmen untuk memberikan pelayanan prima dengan adanya pelayanan untuk ibu dan anak. Kita punya serangkaian pelayanan yang tujuan utamanya untuk ibu dan anak," kata Mulyo dalam kegiatan Seminar Klinisi dengan tema 'Penatalaksanaan Infertilitas Terkini' di Hotel Harper Yogyakarta.
Mulyo mengatakan, teknologi IVF yang dikembangkan ini dapat memenuhi kebutuhan pasangan yang memiliki keluhan dengan fertilitas. Selain itu, teknologi ini juga sebagai perlindungan kesuburan bagi pasien.
"Perpaduan ilmu bisa mengetahui apabila ada gangguan dari fertilitas itu. Dan saya pikir ini bagus sekali kita transfer pengetahuan ini dan juga untuk pelayanan yang lebih baik," lanjutnya.
Untuk itu, dengan diselenggarakannya seminar ini ia berharap agar dapat mengedukasi khususnya dokter spesialis Obsgyn dan Ginekologi mengenai perkembangan teknologi terkini yang dapat membantu dan memenuhi kebutuhan pasien. Terlebih jumlah pasien dengan keluhan fertilitas yang semakin bertambah.
"Semakin bertambahanya pasien dengan keluhan fertilitas ini, penting bagi kami untuk terus memaksimalkan layanan dengan teknologi terbaru dari Morula IVF," ujarnya.
Direktur Morula IVF, dr Ivan Sini mengatakan, permasalahan terkait fertilitas ini masih menjadi salah satu yang harus dituntaskan di Indonesia. Untuk itu, perlu adanya edukasi yang dilakukan baik kepada dokter spesialis Obsgyn dan Ginekologi maupun masyarakat.
Ia menekankan, penting untuk dilakukannya pengobatan yang sedini mungkin kepada pasien yang mengalami masalah fertilitas. Terlebih, lanjutnya, isu terkait fertilitas ini masih menjadi isu yang dan tantangan bagi Indonesia sendiri untuk menanganinya dengan lebih baik.
Saat ini, masih ada beberapa pasien dengan keluhan fertilitas, namun terlambat datang ke klinik. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan informasi terkait hal ini.
"Kita sangat memerlukan sekali edukasi pada masyarakat terkait penanganan infertilitas itu sudah bisa kalau satu atau dua tahun menikah. Sudah mulai mencari penyebab dan tentu mencari solusi. Itu lah pentingnya kita edukasi," kata Ivan.
Disebutkan, jumlah pasangan muda dengan permasalahan fertilitas ini cukup tinggi. Jumlahnya pun sekitar 10 hingga 15 persen pasangan usia reproduksi di DIY yang mengalami masalah fertilitas.
"Dalam hal ini, secara terapi infertilitas yang update, memang IVF atau bayi tabung merupakan suatu produk yang semestinya diberikan kepada pasangan yang usianya lebih muda," kata Ivan.
Sekretaris Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr Ardhanu Kusumanto mengatakan, kebutuhan akan layanan pemeriksaan fertilitas ini memang cukup tinggi. Namun, dengan kemajuan teknologi, hal ini pun dapat ditingkatkan.
Terlebih, teknologi dalam mengatasi permasalahan fefrtilitas ini sudah mulai diterapkan di Yogyakarta. "POGI sudah mengimbau supaya pelayanan seperti ini diberikan sebanyak mungkin kepada fasilitas kesehatan yang ada di Yogya," katanya.