Jumat 04 Jan 2019 07:12 WIB

Shisha Lebih Berbahaya Daripada Rokok, Mengapa?

Peneliti belum memahami alasan kebiasaan shisa berkaitan dengan obesitas dan diabetes

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pengunjung cafe sedang menghisap hookah atau shisa
Foto: VINAI DITHAJOHN/EPA
Seorang pengunjung cafe sedang menghisap hookah atau shisa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shisha merupakan salah satu metode menghisap tembakau di mana tembakau kerap dicampur dengan buah atau gula molase. Campuran ini dihisap melalui sebuah selang atau tabung khusus.

Meski cukup populer, shisha ternyata memiliki dampak negatif bagi kesehatan yang lebih berat dibandingkan rokok. Menurut penelitian, satu sesi shisha bisa memberikan efek negatif yang lebih berat dibandingkan satu bungkus rokok.

Baca Juga

Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Brighton and Sussex Medical School setelah melakukan penelitian berskala besar. Penelitian yang melibatkan 9.840 partisipan ini bertujuan untuk mengetahui dampak buruk dari shisha.

Berdasarkan penelitian, orang-orang yang suka menghisap shisha lebih berisiko untuk mengalami kenaikan berat badan dan menderita diabetes tipe 2 dibandingkan non perokok. Penelitian ini juga menemukan hubungan positif antara menghisap shisha dengan obesitas, sindrom metabolik, diabetes serta dislipidemia.

Temuan ini sekaligus membantah anggapan bahwa shisha tidak seberbahaya rokok. Faktanya, tim peneliti justru melihat kecenderungan bahwa shisha lebih berbahaya dibandingkan rokok.

"Satu sesi merokok hookah (shisha) bisa setara bahkan lebih dibandingkan satu bungkus rokok, dan senyawa beracun yang terhirup (dari shisha) bisa jauh lebih banyak," papar Profesor Gordon Ferns dari Brighton and Sussex Medical School seperti dilansir Independent.

Saat ini, tim peneliti belum memahami mengapa kebiasaan menghisap shisha berkaitan dengan obesitas dan diabetes. Akan tetapi ada kemungkinan racun pada asap shisha menstimulasi respon inflamasi yang menyebabkan jaringan tubuh menjadi resisten terhadap efek hormon insulin yang meregulasi kadar gula dalam darah.

"Tetapi, ada kemungkinan pula bahwa merokok hookah berkaitan dengan perilaku sosial lain yang menyebabkan kenaikan berat badan," jelas Ferns.

Senada dengan penelitian ini, British Heart Foundation (BHF) mengatakan sulit untuk menentukan secara pasti seberapa banyak seseorang bisa terpapar senyawa beracun dalam satu sesi menghisap shisha. Akan tetapi BHF bisa memastikan bahwa senyawa beracun yang mungkin dipaparkan dalam satu sesi menghisap shisha sangat banyak. Alasannya, jumlah asap yang dihisap dalam satu sesi shisha setara dengan asap yang dihasilkan lebih dari 100 batang rokok.

"Sebagai hasilnya, perokok shisha memiliki risiko penyakit yang sama seperti perokok biasa, misalnya penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan dan masalah selama kehamilan," ungkap BHF. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement