Jumat 28 Dec 2018 17:12 WIB

Studi Ungkap Hubungan Nyeri Punggung Bawah dan Kematian

Pasien yang alami nyeri punggung menolaki kegiatan sehari-hari yang memicu obesitas

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perempuan lebih sering mengalami nyeri punggung dibandingkan pria
Foto: Health
Perempuan lebih sering mengalami nyeri punggung dibandingkan pria

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Sebuah studi terbaru mengungkap hubungan antara nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) dengan kematian. Para peneliti dari Pusat Medis Boston di Massachusetts, Amerika Serikat, mengungkap bahwa penderita nyeri punggung lebih berisiko mengalami kematian dini.

Semula, peneliti tertarik mengetahui lebih banyak tentang efek nyeri punggung pada perempuan. Sebab, penyakit tersebut lebih banyak menyerang perempuan berusia 40-80 tahun dibandingkan pria. Studi dilakukan pada 8.000 perempuan selama periode 14 tahun.

Para ilmuwan melakukan pengukuran awal nyeri punggung dan melakukan tindak lanjut setiap dua tahun. Mereka bertanya kepada peserta tentang nyeri yang dirasakan dan mengamati mereka melakukan kegiatan ringan sehari-hari.

Lebih dari 50 persen peserta meninggal selama periode tindak lanjut tersebut. Sekitar 65 persen perempuan dengan nyeri punggung persisten lebih mungkin meninggal selama periode ini, dibandingkan 54 persen perempuan tanpa nyeri punggung.

Penulis utama studi, Eric Roseen, mengatakan nyeri punggung dapat secara langsung mengganggu aktivitas sehari-hari. Orang dewasa dengan usia yang lebih tua cenderung menghindari kegiatan ringan itu karena takut kembali mengalami cedera atau gejala yang memburuk.

"Tidak dapat melakukan atau sengaja menghindari kegiatan sehari-hari itu dapat menyebabkan peningkatan berat badan, mengembangkan penyakit kronis, memperburuk kondisi kesehatan, dan akhirnya mengalami kematian dini," kata Roseen, dikutip dari laman Medical News Today.

Saat ini, ada sekitar delapan persen orang berusia 65 tahun atau lebih yang mengidap nyeri punggung. Diperkirakan, jumlahnya bertambah hampir 17 persen pada 2050. Mengingat statistik itu, mengoptimalkan kesehatan fisik pada lansia menjadi prioritas utama.

Peneliti memerlukan lebih banyak studi untuk menilai efek jangka panjang dari nyeri punggung. Akan tetapi, temuan ini membuka jalan bagi penelitian di masa depan yang bertujuan untuk menemukan perawatan, pedoman, dan strategi lebih baik mengatasi nyeri punggung.

"Temuan kami menimbulkan pertanyaan baru, apakah manajemen nyeri punggung yang lebih baik sepanjang usia dapat mencegah kecacatan, meningkatkan kualitas hidup, dan pada akhirnya memperpanjang hidup," kata Roseen. Hasil studi telah dipublikasikan dalam The Journal of General Internal Medicine.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement