Selasa 11 Dec 2018 09:57 WIB

CEO Twitter Panen Hujatan Usai Promosikan Wisata Myanmar

Jack Dorsey dinilai tidak sensitif terhadap tragedi kemanusiaan di Myanmar.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Jack Dorsey
Foto: EPA/ANDREW GOMBERT
Jack Dorsey

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- CEO Twitter Jack Dorsey panen hujatan setelah ia berkicau mempromosikan kunjungan ke Myanmar. Warganet mengkritik cicitan Dorsey lantaran dia tak menyebutkan tragedi genosida yang dialami komunitas Muslim Rohingnya di Myanmar.

Keriuhan dimulai pada Sabtu (9/12) pagi. Lewat akun @jack, bos Twitter tersebut mengunggah foto-foto Myanmar sembari memberi keterangan yang bernada promosi. "Myanmar benar-benar negara yang cantik. Orang-orangnya penuh dengan kegembiraan dan kulinernya menakjubkan. Aku mengunjungi kota Yangon, Mandalay, dan Bagan. Kami datang dan bermeditasi di banyak biara di sekeliling negara," tulisnya.

Baca Juga

Dorsey memang berkunjung ke Myanmar selama 10 hari menuju Pyin Oo Lwin untuk bermeditasi. Dorsey menulis bagaimana ia memblokir dirinya dari teknologi untuk 'meretas lapisan terdalam pikiran dan memprogramnya ulang' lewat meditasi Buddha yang disebut Vipassana.

Tak hanya itu, ia pun mengajak para pengikutnya yang saat ini berjumlah 4,12 juta mencoba Vipassana dan menyambangi Asia Tenggara. "Jika kamu ingin sedikit bertamasya, pergilah ke Myanmar," tulisnya.

Independent yang mengutip The Washington Post memberitakan cicitan Dorsey itu menuai hujatan dari para warganet. Menurut mereka, Dorsey gagal untuk berbicara tentang pembunuhan massal dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan militer Myanmar tahun lalu.

"Orang-orang penuh kegembiraan! Aku rasa kamu tidak mengunjungi satu pun desa-desa Rohingya yang dibakar oleh pemerintah atau mencoba berbicara dengan para korban yang dipaksa meninggalkan kampung halamannya dan menjadi pengungsi di Bangladesh? Bermeditasilah pada itu," demikian salah satu respons dari seorang warganet menanggapi cicitan Jack Dorsey.

Andrew Stroehlein, Direktur Media Eropa untuk Human Rights Watch juga ikut bersuara. "Aku bukan ahli meditasi, tapi ini membuatmu nampak terobsesi pada diri sendiri sampai lupa kamu berada di negara di mana militer melakukan pembunuhan dan pemerkosaan massal, memaksa ribuan orang melarikan diri, dalam salah satu bencana kemanusiaan terbesar?" cicit Stroehlein.

Dorsey terlihat tidak menanggapi kritikan-kritikan yang dilayangkan padanya. Seorang narasumber yang mengaku dekat dengan bos Twitter itu mengatakan pada Washington Post bahwa Dorsey pergi ke Myanmar karena hanya di sana dia dapat melakukan Vipassana. "Itu adalah satu-satunya tempat di mana ia bisa melakukannya," kata sumber yang tidak disebutkan identitasnya itu. Akan tetapi, sumber tersebut menolak berkomentar mengenai cicitan Dorsey yang memantik kontroversi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement