REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak Elon Musk mengakuisisi Twitter, perusahaan jarang menghadirkan eksekutifnya untuk tampil atau berkomentar di media. Namun, beberapa hari lalu platform yang sekarang dikenal sebagai X menampilkan dua eksekutifnya yang jarang tampil di depan umum, termasuk CEO yang dipilih sendiri oleh Musk, Linda Yaccarino. Sayangnya, hal itu tidak berjalan sesuai harapan.
Semuanya dimulai Kamis pagi di Australia, ketika kepala urusan pemerintahan global X Nick Pickles membela pemulihan pengaruh sayap kanan yang memposting materi pelecehan seksual anak (CSAM) di platform.
Pada akhir Juli, seorang influencer sayap kanan terkemuka dan ahli teori konspirasi di platform, Dom Lucre, tiba-tiba diskors di platform. Para pengikutnya dengan cepat berkumpul bersama, menyerukan pemulihannya dan mempertanyakan mengapa dia diskors.
Musk membalas satu pengguna yang mempertanyakan penangguhan Lucre. Menurut Musk, Lucre diskors karena mengunggah gambar eksploitasi anak yang terkait dengan hukuman pidana seorang pria Australia di Filipina.
Musk menyebut mereka akan menghapus unggahan itu tetapi akan memulihkan akun Lucre. Lalu, Lucre kembali ke Twitter pada hari yang sama.
Selama sidang parlemen Australia hari Kamis, Pickles mengatakan perusahaan memiliki pendekatan tanpa toleransi terhadap CSAM, sebelum dengan cepat menyatakan bahwa penegakan atau ketiadaan penegakan, berbeda pada akun yang memposting materi eksploitasi anak. Pickles menjelaskan Lucre mengunggah CSAM untuk mengungkapkan kemarahan bukan mendukung konten itu.
Dilansir Mashable, Ahad (13/8/2023), anggota parlemen Australia tidak yakin dengan penjelasan tersebut.
"Maaf, tetapi jika saya tidak suka dengan beberapa konten, saya tidak akan membagikannya untuk menegaskan. Itu kejahatan dan harus ditangguhkan secara permanen. Tidak ada alasan," kata senator Australia Helen Polley menanggapi Pickles.
Setelah itu, CNBC menerbitkan wawancara video pertama CEO X Linda Yaccarino saat dia membahas masa depan X, nama baru dari Twitter. Dalam wawancara tersebut, Yaccarino menjelaskan telah memiliki otonomi dari Musk dan mengaku menjalankan bisnis akhir. Namun, di sisi lain, Musk juga terus mempromosikan X dan mengatakan pengguna akan segera dapat melakukan panggilan video di platform serta mengirim pembayaran antarpengguna. Perubahan itu sebagai langkah untuk keluar dari bayang-bayang Twitter dan pola pikir lama.
"X adalah platform yang jauh lebih sehat dan lebih aman daripada tahun lalu. Jika Anda akan memposting sesuatu yang ilegal atau melanggar hukum, Anda pergi, tidak ada toleransi. Jika Anda akan memposting sesuatu yang sah tetapi mengerikan, Anda akan diberi label dan akan dinonaktifkan. Artinya, tidak dapat dibagikan dan pastinya tidak ada bagi hasil" ucap Yaccarino.
Namun, tampaknya kata-kata berbeda dengan realita. Untuk kasus Lucre, misalnya, konten yang diunggahnya telah dilihat oleh 3 juta pengguna sebelum akhirnya dihilangkan X. Itu pun baru dihilangkan setelah beberapa hari diunggah. Lucre juga disebut-sebut tetap menerima bagi hasil berkat kontennya. Bahkan, dia termasuk kelompok pertama yang memperoleh jatah bagi hasil dari Twitter. Menyedihkan, bukan?