Senin 03 Dec 2018 16:52 WIB

Kafe-Kafe Setop Sajikan Alpukat di Menu

Alpukat memicu dampak sosial dan ekonomi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Buah alpukat.
Foto: Flickr
Buah alpukat.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Alpukat telah menjadi bahan pokok makanan yang berseliweran di Instagram. Hanya saja, posisi buah itu sekarang berada dalam posisi yang cukup kontroversi.

Sejumlah kafe trendi telah mulai menghapus menu alpukat dari menu karena masalah lingkungan. Contoh saja The Wild Strawberry Cafe di Peterley Manor Farm di Buckinghamshire yang mengumumkan melalui halaman Instagram awal pekan ini. Mereka menjelaskan mengapa mereka memutuskan melarang alpukat dari dapurnya.

“Mulai hari ini, kami tidak akan lagi menyajikan alpukat. Ini. Bukan. Gurauan,” kata pengumuman itu, dikutip dari Independent, Senin (3/12).

Kafe tersebut kemudian melanjutkan untuk menjelaskan berbagai alasan di balik keputusan tersebut, termasuk musim, jarak perjalanan alpukat ketika diimpor, dan keberlanjutan. The Wild Strawberry Cafe biasanya memasak dengan bahan-bahan yang bersumber lokal. Sebab itu, pemiliknya merasa tidak biasa bagi mereka untuk menampilkan alpukat di menu ketika mereka bersumber dari tempat yang lebih jauh.

Selain itu, kafe menyebutkan fakta mengingat kekhawatiran yang berkembang atas perubahan iklim. Tidak logis untuk mengangkut alpukat di pesawat yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan ketika mereka dapat memasak dengan makanan bergizi yang tumbuh di dekatnya.

"Obsesi dunia barat dengan alpukat telah menempatkan permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada petani alpukat, mendorong harga ke titik di mana bahkan ada laporan kartel narkoba Meksiko yang mengendalikan ekspor yang menguntungkan," kata kafe tersebut di Instagram.

Restoran itu menyatakan, hutan sedang dibabat untuk membuka jalan bagi perkebunan alpukat. Pertanian intensif dalam skala tersebut berkontribusi pada emisi rumah kaca dan memberi tekanan pada pasokan air setempat.

Awal tahun ini, Tincan Coffee Co di Bristol juga mengumumkan akan berhenti menyajikan alpukat kepada pelanggannya. Hal itu didorong dari melihat gejala sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.

“Menyajikan alpukat, sedangkan mengetahui dampak sosio-ekonomi yang sangat besar yang ditimbulkan oleh pertanian alpukat di Meksiko dan Kalifornia tidak terasa benar," kata salah seorang pendiri Adam White.

Pada 2016, Greenpeace Mexico menyatakan orang-orang di kawasan tersebut kemungkinan menderita karena meningkatnya permintaan alpukat. “Di luar pengalihan hutan dan pengaruhnya pada retensi air, tingginya penggunaan bahan kimia pertanian dan volume kayu yang besar yang diperlukan untuk mengemas dan mengirim alpukat adalah faktor lain yang dapat memiliki efek negatif pada lingkungan dan kesejahteraan wilayah penduduk," ujar organisasi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement