2. Bangun keyakinan anak
Orang tua kadang berpikir anak yang kuat mental adalah anak yang tidak emosional. Ini tidak benar. Anak bermental kuat adalah anak yang bisa mengenali emosi mereka dan memilih cara-cara sehat untuk mengatasi emosi tersebut.
Ajari anak agar yakin bahwa dia bisa berurusan dengan hal-hal yang tidak nyaman. Kelak, ketika dia tak berani maju ke depan saat lomba antarsekolah, dia akan mencobanya. Ini memberinya keterampilan melawan rasa takut.
Bicara pada anak mereka tetap bisa bersikap baik, sopan, dan senyum pada orang lain, meski pada waktu bersamaan mereka sedang kesal. Tunjukkan pada anak, ada waktunya bersedih, namun jangan sampai sedih membuatnya tak mau sekolah atau tak mau makan.
3. Ajari anak mengelola emosi
Tunjukkan pada anak dia bisa mengendalikan perasaannya. Jika suasana hatinya sedang buruk, bicarakan pilihan yang bisa dia buat, misalnya merajuk di dalam kamar, atau pilihan yang bisa memperbaiki suasana hatinya, misalnya bermain gim.
Secara proaktif ajari anak mengatasi ketidaknyamanan dengan cara positif. Tunjukkan padanya bahwa dia tetap bisa menggambar dan mewarnai meski sedih, atau tetap bisa bermain di luar ketika marah.
4. Disiplinkan perilaku tak pantas
Jika anak merusak mainan saudaranya, beri dia konsekuensi. Perjelas bahwa dia mungkin tidak dimarahi, namun adiknya akan mendapat jatah mainan baru.
Labeli emosi anak. Ajari anak untuk bisa menyebut perasaannya, misalnya, "Saya sedih karena kita tidak jadi bermain di taman hari ini." Jangan biarkan anak sedih tanpa sebab.