Senin 03 Dec 2018 12:01 WIB

Disiplinkan Perilaku Anak, bukan Emosinya!

Daripada melarang anak menangis, ortu bisa mengajari cara atasi emosi dengan nyaman

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak marah
Foto: givinglifeonline.com
Anak marah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak bisa bersikap dramatis. Emosinya kadang tampak tak masuk anak dan benar-benar tidak sesuai kondisi. Tidak apa-apa, yang namanya anak-anak boleh saja mengekspresikan semua perasaan mereka, meski orang dewasa tidak merasakan hal sama seperti mereka.

Orang tua kadang hanya fokus pada emosi anak, bukan mendisiplinkan perilakunya. Orang tua kadang hanya meminta anaknya berhenti menangis, bukannya memperbaiki perilaku anak agar tak melanggar aturan, tak menyakiti orang lain, atau bersikap sopan.

Perbaiki perilaku anak Anda, bukan emosinya. Pada saat sama katakan tak apa-apa merasa marah, sedih, takut, terlalu bersemangat, dan emosi lainnya. Berikut tipsnya, dilansir dari Verywell Family, Senin (3/12).

1. Jangan menyangkal perasaan anak

Anak-anak yang percaya, "Saya tak seharusnya bersedih" akan berusaha keras menghindari kesedihan. Namun, ini tidak sehat. Kesedihan adalah proses penyembuhan. Demikian pula anak yang berpikir, "Marah itu tidak baik," maka mereka mungkin akan terus memaksakan tersenyum dan memaksa terus menjadi baik meski dirinya disakiti. 

Bedakan antara perilaku dan emosi atau perasaan anak. Marah adalah emosi dan perasaan, sementara memukul adalah perilaku. Sedih adalah emosi dan perasaan, sementara berteriak adalah perilaku.

Daripada melarang anak bersedih, ajari anak cara mengatasi emosi dengan nyaman. Ini namanya manajemen kemarahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement