Sabtu 05 Oct 2024 18:21 WIB

Psikolog: Ubah Perilaku Anak Bukan dengan Hukuman Fisik

Ada banyak alasan anak melakukan pelanggaran.

Ilustrasi Ibu dan Anak
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Ibu dan Anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Dr Rose Mini Agoes Salim MPsi mengatakan hukuman fisik belum tentu cocok untuk semua anak dalam upaya mengubah perilakunya.

“Karena yang terjadi banyak sekarang orang tua melakukan hukuman fisik anak tetap tidak berubah, itu artinya hukuman ini tidak membuat anak jera dan mengubah perilakunya, mungkin harus dengan pendekatan lain,” kata psikolog yang biasa disapa Romi, dikutip Sabtu (5/10/2024).

Baca Juga

Dia mengatakan banyak alasan anak melakukan pelanggaran. Biasanya karena tidak mengetahui atau tidak memiliki pemahaman terhadap aturan yang berlaku, ingin mencari perhatian di sekitarnya atau terpaksa melakukan pelanggaran karena situasi tertentu.

Hukuman fisik seperti memukul tidak bisa dijadikan satu alat untuk bisa membuat perilaku anak berubah. Dalam prosesnya, anak harus mengetahui konsekuensi dari melakukan pelanggaran tersebut dan mengetahui manfaat jika tidak melakukan hal yang melanggar peraturan.

Romi juga mengatakan mengubah perilaku anak harus dilihat dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebut dengan shaping atau membentuk perilaku.

“Bisa dengan cara macam-macam, jadi memberikan informasi pemahaman dulu, kognitif, afektif, baru psikomotor supaya dalam proses perilaku dia paham kalau ini untuk kebaikan dia, mungkin dia tidak akan melakukan lagi hal-hal yang buruk lagi,” katanya.

Romi menjelaskan orang tua bisa memberikan pemahaman melalui komunikasi secara kognitif dan melihat dampak emosinya jika dia tidak melakukan pelanggaran. Dari cara ini secara psikomotor anak akan menghentikan perilaku buruk tersebut.

Pemahaman tentang konsekuensi juga perlu diberikan agar anak paham kenapa ia tidak boleh melakukan hal yang melanggar ketentuan.

Menurutnya, hukuman tidak harus selalu diberikan jika anak membuat kesalahan. Namun juga tidak boleh terlalu dimanjakan dengan hadiah sebagai tanda anak menuruti kemauan orang tua karena bisa merusak mentalnya dan selalu mengharapkan imbalan.

“Hukuman kalau bisa diambil sebagai langkah terakhir, kalau masih bisa diajak bicara, masih bisa memberikan informasi kepada anak kenapa dia melakukan pelanggaran itu, nasihat dengan volume suara masih tidak terlalu tinggi, sehingga anak tidak takut pada orang tua,” katanya.

Anak yang sering diberikan hukuman, kata Romi, bisa menjadikan mereka anak pemberang atau kasar di luar rumah karena melihat apa yang diperlakukan oleh orang tua kepadanya. Anak juga bisa menjadi tertekan, tidak percaya diri, penuh dengan self esteem yang rendah karena dipermalukan. Sehingga menghukum anak memiliki banyak dampak psikologis dan sebaiknya tidak memukul, melakukan hukuman fisik maupun hukuman verbal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement