Jumat 30 Nov 2018 04:55 WIB

Suka Marah-Marah? Anda Mungkin Kurang Tidur

Orang yang kurang tidur kesulitan beradaptasi dengan kondisi yang membuat frustrasi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Amarah
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Amarah

REPUBLIKA.CO.ID, AMES -- Penelitian baru di Amerika Serikat telah menemukan kehilangan beberapa jam tidur malam dapat membuat seseorang marah. Hal ini juga mengurangi kemampuan beradaptasi dengan situasi tertentu.

Penelitian ini dilakukan para peneliti di lowa State University. Studi baru melihat 142 peserta yang secara acak ditugaskan untuk dua kelompok.

Seperti yang dilansir di Malay Mail, Kamis (29/11), satu kelompok diminta mempertahankan rutinitas tidur normal mereka dalam jangka waktu dua hari. Sementara yang lain diminta membatasi tidur mereka dalam dua hingga empat jam setiap malam selama dua hari.

Para peserta menilai perasaan marah mereka sebelum dan sesudah tidur selama tes di lab. Mereka diminta menilai produk sambil mendengarkan suara latar belakang yang berbeda.

Suara latar belakang ini dirancang untuk menciptakan situasi yang membuat frustasi dan memancing kemarahan. Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Psychology: General menunjukkan mereka yang mempertahankan pola tidur regular, rata-rata tidur hampir tujuh jam semalam.

Sedangkan mereka yang berada di kelompok terbatas mendapat sekitar 4,5 jam setiap malam. Para peneliti ikut mencerminkan jumlah kehilangan tidur yang kita alami secara teratur dalam kehidupan sehari-hari.

Rekan penulis Zlatan Krizan mengungkapkan rasa kemarahan jauh lebih tinggi bagi mereka yang kekurangan tidur. Krizan dan tim peneliti kemudian memanipulasi betapa menjengkelkannya kebisingan selama tugas.

“Orang-orang melaporkan lebih banyak kemarahan ketika suara itu lebih tidak menyenangkan. Meskipun kecenderungan tipikal sedikit terbiasa dengan kondisi tidak nyaman, mereka yang kehilangan tidur cenderung ke arah peningkatan kemarahan,” ujar Krizan.

“Mereka juga kesulitan beradaptasi dengan kondisi yang membuat frustrasi dari waktu ke waktu,” katanya lagi.

Hasil awal dari studi terpisah oleh tim juga menunjukkan eksperimen di laboratorium juga dapat berlaku di kehidupan nyata. Para peneliti sekarang mulai mengumpulkan data untuk melihaat apakah kurang tidur dapat menyebabkan perilaku agresif terhadap orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement