Jumat 16 Nov 2018 15:13 WIB

Rokok Elektrik Berisiko Sebabkan Kanker

Beberapa bahan ketika diuapkan menimbulkan formalin dan bisa menyebabkan kanker

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penjaga menunjukan aneka cairan roko elektrik (vape) di Jakarta, Senin (29/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Penjaga menunjukan aneka cairan roko elektrik (vape) di Jakarta, Senin (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- E-rokok alias rokok elektrik memang tidak mengandung nikotin untuk membahayakan kesehatan Anda. Namun, vaping rasa favorit rokok elektrik Anda bisa memberikan risiko kanker lebih besar yang tidak pernah Anda kira sebelumnya.

Penelitian menunjukkan, rokok elektronik mengandung lebih sedikit bahan kimia daripada rokok biasa. Meski dipasarkan sebagai produk "aman", rasa e-cig menimbulkan beberapa risiko kesehatan. Ada sekitar 8 ribu e-liquid flavor yang tersedia di pasaran saat ini.

Baca Juga

Baca: Ini Bukti Kalau Vaping Sama Berbahaya dengan Rokok

Rasa itu, mulai dari Puding Pisang, Keripik Jagung Caramel, Permen Pelangi, Donat, Semangka, dan nama-nama suguhan menu pencuci mulut imajiner lainnya. E-liquid beraroma, atau e-jus, juga telah terbukti menjadi salah satu masalah yang paling diperdebatkan tentang rokok elektronik. Kandungan itu juga kemungkinan lebih berbahaya bagi kesehatan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dilansir Health Line, dari awal industri rokok elektrik telah mencoba untuk menjajakan bahwa produk mereka aman. Rokok elektrik dipromosikan tidak mengandung bahan kimia jahat yang ditemukan dalam rokok biasa.

Erika Sward, asisten wakil presiden dari advokasi nasional untuk American Lung Association mengatakan kepada Healthline, semakin banyak penelitian yang keluar, dan asosiasi tidak terkejut menemukan bahwa bahan kimia pada e-rokok juga berbahaya.

Sward mengacu pada semakin banyak bukti bahwa bahan kimia yang seharusnya aman digunakan secara teratur untuk membuat e-cairan cenderung tidak sehat.

"Penelitian baru lebih lanjut menunjukkan komponen kimia dalam e-cairan beracun dan berbahaya bagi tubuh," kata Sward.

Selain itu, tidak mungkin produsen produk ini bahkan sepenuhnya menyadari sifat kimianya dan potensi bahayanya.

E-liquid umumnya terbuat dari kombinasi propilen glikol dan gliserin nabati. Ini membentuk dasar cair yang ditambahkan aditif, seperti perasa dan nikotin. Buktinya ada di puding, atau dalam hal ini, jus vape yang mengandung puding.

Aldehid, komponen organik yang sering dikaitkan dengan aroma buah, misalnya, dan aditif lain yang digunakan untuk penyedap dipahami aman untuk makanan, tapi tidak untuk merokok atau vaping.

E-liquid penuh dengan cinnamaldehyde. E-rokok biasa menawarkan rasa pedas manis dari kayu manis; vanillin dari vanili; dan benzaldehid rasa almond yang umumnya memberikan kedalaman krim atau mentega ke e-cairan.

Penelitian sebelumnya telah melihat efek dari bahan-bahan ini ketika terkena panas atau penguapan dan menemukan bahwa mereka dapat menyebabkan pembentukan formalin dan bahan kimia penyebab kanker lainnya, selain menyebabkan iritasi dan radang paru-paru.

Sekarang penelitian baru mengatakan bahwa bahan kimia bisa mulai bereaksi, membentuk efek samping yang tidak diketahui segera setelah e-liquid dicampur.

"Sangat mungkin ada puluhan atau bahkan ratusan senyawa yang berpotensi membentuk kimia berbahaya," ungkap Stven-Eric Jordt, PhD, profesor anestesiologi, farmakologi, dan biologi kanker di Duke University School of Medicine.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement