Jumat 09 Nov 2018 17:50 WIB

Penderita Kanker Perempuan di Indonesia Terus Meningkat

Kanker payudara, serviks, dan ovarium mencapai 27 persen dari seluruh kasus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga menuggu antrian untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara dalam kegiatan pekan deteksi dini kanker di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, Selasa (11/10).
Foto: Republika/Prayogi
Warga menuggu antrian untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara dalam kegiatan pekan deteksi dini kanker di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, Selasa (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan (A2KPI) menyebutkan, jumlah penderita kanker perempuan di Indonesia terus meningkat. Perwakilan A2KPI Nurlina Subair mengatakan, insiden kanker di Indonesia setiap tahun meningkat dan tidak pernah menurun. 

Ia menyebutkan, sebanyak 348.809 kasus kanker muncul di Indonesia. "Jika digabungkan maka kanker payudara, serviks, dan ovarium mencapai sekitar 27 persen dari insiden semua jenis kanker," katanya saat mengisi acara Seminar Hukum dan Kesehatan bertema 'Perlindungan Hak Pasien Kanker Perempuan atas Akses Pelayanan Kesehatan Berkualitas di Era JKN', di gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (8/11).

Baca Juga

Angka kematian akibat kanker, kata dia, bisa mencapai setengah dari jumlah pasien yang terdiagnosis. Ia menyebut, angka kematian akibat kanker di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sekitar 207.200 pasien meninggal.

Ia menambahkan, bagi perempuan Indonesia, beban kanker merupakan suatu hal yang tidak mudah. Apalagi, seiring dengan peran perempuan sebagai ibu, istri, maupun anak yang menopang keluarga, para perempuan juga harus dihadapkan dengan permasalahan tidak terpenuhinya hak mereka sebagai pasien.

Ia mengutip data dari Globocan 2018 yang menyebutkan angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia yang didiagnosis penyakit mematikan itu adalah yang paling tinggi, sekitar 42,1 persen dan menjadi penyebab kematian kedua secara global. Tingginya angka pasien kanker perempuan tersebut menjadi alasan utama untuk terus menyerukan pentingnya memperkuat kebijakan serta sistem kesehatan di Indonesia. 

"Kondisi ini juga menjadi titik permasalahan seputar hak asasi akan akses terhadap pengendalian kanker perempuan di Indonesia," katanya.

Padahal, dia menambahkan, perempuan harus tetap menjalankan perannya dan di satu sisi harus bergulat dengan dengan penyakitnya. Tetapi, minimnya akses terhadap informasi yang benar tersebut menjadi masalah sendiri akses informasi yang benar tentang kanker yang dideritanya mulai dari diagnosis, pengobatan, layanan paliatif, dan rehabilitatif.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement