Jumat 09 Nov 2018 16:41 WIB

Makanan Buruk Penyebab Seperlima Kematian Global pada 2017

Masyarakat saat ini makan terlalu banyak kalori.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Makanan berkalori tinggi
Foto: MedlinePlus
Makanan berkalori tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Laporan terbaru tentang keadaan kesehatan dunia menyatakan hampir 20 persen kematian di seluruh dunia disebabkan makanan yang tidak sehat ditambah dengan tekanan darah tinggi dan merokok. Hal tersebut merupakan tiga faktor risiko teratas kematian dan sebenarnya dapat dicegah.

Penelitian pada 2017 telah mengungkapkan penyakit tidak menular, seperti kanker dan diabetes bertanggung jawab atas hampir tiga perempat dari 55,9 juta kematian di seluruh dunia. Seperti yang disiarkan di The Guardian, Jumat (9/11), secara global, penyebab utama kematian adalah penyakit kardiovaskular dengan pertumbuhan jaringan abnormal, termasuk kanker dan kondisi pernapasan kronis. Di antara kematian akibat kanker, kanker paru-paru adalah penyebab paling umum.

Para ahli mengatakan temuan terbaru ini mencerminkan percepatan pergeseran dari kematian yang berkaitan dengan infeksi dan masalah seputar kelahiran dan terhadap penyakit seperti kanker dan diabetes. Direktur Peningkatan Kesehatan di Public Health England Prof John Newton mengatakan diabetes menjadi fenomena global di negara berkembang dan di negara relatif miskin.

“Sampai pada fakta cara hidup orang berubah, makanan mereka berubah. Orang  makan terlalu banyak kalori. Makanan mereka terlalu memiliki banyak lemak dan karbohidrat dan mereka tidak cukup olahraga,” kata Newton.

Glukosa darah tinggi adalah faktor risiko terbesar keempat untuk kematian dini. Sementara kematian di seluruh dunia disebabkan polusi udara berada di tempat kelima.

Laporan itu juga menunjukkan jumlah kematian akibat eksekusi dan konflik polisi di seluruh dunia meningkat tiga kali lipat. Sementara jumlah kematian akibat konflik dan terorisme meningkat 118 persen antara 2007 dan 2017. Lebih dari 36 persen kematian di Suriah dan hampir 22 persen di Irak turun ke pertempuran di 2017.

“Ini mengkhawatirkan khususnya fakta proporsi kematian (konflik) di antara anak-anak,” ujarnya.

Selain itu, laporan menunjukkan nyeri punggung bawah tetap menjadi masalah terbesar bersama gangguan sakit kepala dan depresi. Para ahli mengatakan laporan itu menunjukkan kemajuan dalam kesehatan manusia masih rapuh, begitu pula dengan sistem kesehatan dunia.

Data menunjukkan sekitar setengah dari semua negara memiliki kekurangan orang yang bekerja di bidang kesehatan. Newton menambahkan pembuat kebijakan serta individu harus mengambil tindakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement