REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para peneliti di Cleveland Clinic, Amerika Serikat mengungkap temuan studi baru. Studi tersebut menemukan bahwa kesehatan kardiorespiratori berpengaruh terhadap panjang pendeknya umur seseorang.
Akan tetapi, studi tersebut mengabaikan faktor usia dan meniadakan batasan positif terhadap kesehatan erobik. Kesehatan kardiorespiratori adalah gabungan dari kardiovaskular dan respirasi. Istilah itu merujuk pada kemampuan kardiovaskular dan pernafasan untuk memasok oksigen ke otot selama melakukan aktivitas fisik.
Hasil studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open menemukan makin baik kesehatan kardiorespiratori maka akan menekan risiko kematian yang lebih cepat pada pasien lansia. Dalam penelitian tersebut adalah pasien berusia di atas 70 tahun dan mereka yang mengidap hipertensi.
"Kesehatan erobik adalah sesuatu yang bisa dikontrol pasien. Kami menemukan tidak ada batasan berolahraga. Setiap orang hendaknya berupaya meraih kondisi kesehatan paling prima," jelas Wael Jaber, kardiologis dalam studi itu dikutip dari Times Now News, Senin (22/10).
Sebanyak 122.007 responden dilibatkan dalam penelitian itu. Mereka diminta berolahraga di treadmill untuk mengukur apa manfaat olahraga dan relasinya terhadap kematian. Seluruh responden dibagi ke dalam lima kelompok yaitu elite, high, above average, below average, dan low.
Kelompok elite didefinisikan sebagai orang-orang yang rajin aerobik berdasarkan usia dan jenis kelamin. Performa mereka dikomparasikan dengan daya tahan atlet. Hasil menunjukkan di antara responden yang berusia 70 tahun, grup elite punya tingkat kematian 30 persen lebih rendah dibanding grup high.
Bagi pasien yang mengidap hipertensi, anggota grup elite lagi-lagi menunjukkan bahwa mereka 30 persen lebih panjang umur dibandingkan grup high.
Walau demikian, para ilmuwan menyarankan agar tidak menelan mentah-mentah hasil riset ini. Ilmuwan meminta agar setiap orang mengecek kondisi kesehatannya ke dokter sebelum memutuskan untuk berolahraga berat.