REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu gejala yang bisa menjadi pertanda awal seseorang mengalami hipertensi paru adalah sesak napas. Ini yang membedakannya dengan tekanan darah tinggi.
"Hipertensi biasa enggak ada keluhan. Sementara kalau hipertensi paru, penderita keluhannya lebih banyak sesak napas hingga mengalami gagal jantung," ujar dokter spesialis jantung dari RS Sardjito, Yogyakarta, Dr. Lucia Kris Dinarti SpPD SpJP di Jakarta, Senin (24/9).
Dalam kesempatan itu, dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Harapan Kita, Prof. Dr. Dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), menambahkan, mereka yang mengalami sesak napas terus menerus namun tak tahu penyebab jelasnya harus curiga dan segera memeriksakan kondisinya ke dokter.
"Sesak napas namun sebabnya tidak jelas harus dicari terus (penyebabnya) sampai detail. Apalagi jika sesaknya tidak sembuh-sembuh," kata dia.
Hipertensi paru merupakan suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi di arteri pulmonalis atau paru, membuat jantung kanan bekerja ekstra keras sehingga bisa berakibat fatal dalam waktu cepat.
Kondisi ini sering berhubungan dengan penyakit jantung bawaan, penyakit paru lainnya seperti penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit autoimun seperti lupus.
"Kelainan jantung bawaan menyebabkan hipertensi paru paling banyak di Indonesia. Ada tiga kelainan, pertama ada lubang di sekat jantung. Darah di jantung kiri akan mengalir ke jantung kanan. Kalau ada lubang di sekat antar bilik, akan menimbulkan masalah yakni penambahan aliran darah ke jantung kanan," ujar Kris.
Deteksi awal hipertensi paru biasanya melalui pemeriksaan menggunakan stetoskop. Dari bunyi jantung, dokter bisa menemukan adanya atau tidaknya masalah. Jika ada masalah, maka rekam jantung menjadi rekomendasi pemeriksaan lanjutan.
"Dikatakan terlambat kalau sudah ada pembesaran jantung kanan. Data kami (di RS Sardjito), kelainan jantung bawaan penyebab terbanyak hipertensi paru. Ada dua pasien kami karena lupus. HIV satu orang," katanya.