REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan gawai kini semakin menyentuh banyak aspek kehidupan. Lebih dari sekadar alat komunikasi, gawai telah menjelma menjadi alat serba bisa. Mengetik, bermain gim, hingga menjelajah internet bisa dilakukan hanya dengan satu ponsel pintar saja.
Karena kehebatan itulah maka anak-anak zaman sekarang, yang bahkan belum masuk usia sekolah, sudah akrab dengan gawai. Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran di kalangan medis mengenai efek bermain gawai terhadap kesehatan anak-anak. Sejauh ini risiko obesitas adalah hal yang paling dikhawatirkan lantaran anak-anak betah duduk berlama-lama tanpa bergerak demi bermain gawai.
American Heart Association (AHA) pun mewanti-wanti ancaman kesehatan tersebut. Sejatinya tak hanya gawai yang dituding sebagai biang keladi. Duduk berlama-lama di depan televisi pun bisa mengakibatkan risiko yang sama.
Seharusnya, anak-anak lebih banyak bermain di luar ruangan dan bergerak karena akan lebih menyehatkan. "Aku terkejut betapa cepatnya hal itu menjadi sebuah aktivitas rutin. Di mana-mana kita dengan mudah menemukan kegiatan menatap layar dan tidak pernah mempertanyakan apa efeknya bagi kesehatan," kata Tracie Barnett, epidemiologis di University of Montreal yang sekaligus terlibat dalam studi AHA.
Laporan AHA menyebut durasi anak-anak menonton televisi menurun namun durasi bermain gawai meningkat. Laporan dari Common Sense Media yang berbasis di San Francisco menunjukkan rata-rata anak berusia 13 sampai 18 tahun bermain gawai selama enam jam 40 menit. Sedangkan, anak usia pra-remaja menghabiskan waktu rata-rata empat jam di depan gawainya.
Melihat fakta tersebut, AHA mengingatkan pentingnya membatasi durasi anak bermain gawai. Jika anak dibiarkan terus menerus menatap layar ponsel atau tablet, bukan hanya obesitas yang dihadapi. Hal itu juga menyebabkan penurunan kualitas tidur dan lumpuhnya kemampuan berinteraksi sosial.
The American Academy of Pediatrics (APA) pun merilis rekomendasi senada. Perkumpulan dokter anak di Amerika Serikat tersebut sepakat gawai tidak seharusnya menggeser aktivitas fisik, eksplorasi, dan interaksi sosial.
Menurut David Hill, profesor pediatri sekaligus Direktur AAP bidang Komunikasi dan Media, gawai memberikan efek tak langsung terhadap timbulnya obesitas. "Anak-anak bermain gawai sambil ngemil sesukanya. Mereka juga mudah terpapar iklan-iklan camilan tak sehat ketika membuka internet," ungkap David.