Senin 06 Aug 2018 20:35 WIB

Kecepatan Internet Pengaruhi Jumlah dan Kualitas Tidur

Orang yang memiliki jaringan cepat, rata-rata tidur lebih malam 25 menit

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Keranjingan gadget kerap ganggu jam tidur/ilustrasi
Foto: redorbit.com
Keranjingan gadget kerap ganggu jam tidur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akses jaringan internet yang lebih cepat terbukti berdampak pada kebiasaan tidur seseorang. Riset terkini mengungkap, orang yang memiliki jaringan internet cepat di rumah mereka rata-rata tidur malam 25 menit lebih sedikit daripada yang tidak memilikinya.

Temuan ini dipublikasikan dalam Journal of Economic Behavior and Organization. Para peneliti dari Universitas Bocconi di Milan, Italia, menunjukkan bahwa akses internet memengaruhi jumlah tidur, tingkat kelelahan, dan kepuasan tidur.

Pasalnya, mereka yang memiliki akses internet cepat cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dunia maya. Mereka lebih tergoda untuk tetap terjaga agar bisa mengakses situs daring, bermain gim, atau menggunakan media sosial.

photo
Penggunaan gadget sebelum dan setelah bangun tidur berefek tidak baik bagi kesehatan.

Cara setiap orang menggunakan internet bervariasi tergantung pada usia. Kalangan remaja dan dewasa muda usia 13-30 tahun cenderung bermain gim atau mengakses media sosial. Sedangkan orang dewasa antara usia 31 sampai 59 tahun lebih sering menjelajah internet.

Selain mengurangi waktu tidur rata-rata selama 25 menit, akses internet yang cepat di rumah juga mengurangi kualitas tidur seseorang. Internet berkecepatan tinggi membuat seseorang bangun berjam-jam dan akhirnya kelelahan keesokan harinya.

"Godaan digital dapat menyebabkan keterlambatan waktu tidur, yang pada akhirnya menurunkan durasi tidur bagi individu yang tidak mendapatkan pengganti waktu tidur berikutnya," kata pimpinan studi, Francesco Billari, dikutip dari laman Daily Mail.

Lewat studinya, para periset menyampaikan kekhawatiran mengenai digitalisasi kamar tidur. Meski membutuhkan studi lanjutan untuk mendapat bukti, hal itu dinilai merusak kebiasaan tidur dan bisa memengaruhi aktivitas anak di sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement