Rabu 11 Jul 2018 11:10 WIB

Bonggol Pisang Bisa Jadi Suplemen Bagi Penderita Diabetes

Kandungan karbohidrat dalam bonggol pisang lebih rendah dari beras.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bonggol pisang (ilustrasi)
Foto: sampulpertanian.blogspot.com
Bonggol pisang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Bonggol Pisang ternyata bisa menjadi suplemen makanan bagi penderita penyakit diabetes melitus. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan tiga mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) yakni Hana Puspita, Yunita Merlin Tamara dan M Rivky Aristo. Ketiganya melakukan penelitian terkait beras anaog dengan bahan baku bonggol pisang yang bisa menjadi suplemen makanan bagi penderita diabetes melitus.

Hana mengungkapkan penelitian tersebut didasari fakta bahwa ketergantungan penduduk indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sangat tinggi. Di sisi lain, ancaman penyakit degeneratif seperti diabetes melitus semakin meningkat.

“Kebiasaan makan yang tak sehat, tinggi gula, garam, lemak jenuh merupakan faktor risiko utama penyakit tak menular atau degeneratif. Sehingga upaya pencegahannya perlu diusahakan melalui kebutuhan pokok yang merupakan salah satu potensi pemicu penyakit degeneratif,” tutur Hana pada Rabu (11/7).

Ketiga mahasiswa itu pun lantas mencoba  mendorong diversifikasi pangan melalui pengembangan pangan beras yang memiliki indeks glikemik rendah sehingga bisa menjadi alternatif pangan penderita Diabetes Mellitus. 

Bahan baku bonggol pisang pun dipilih ketiga mahasiswa tersebut untuk menjadi beras yang memiliki indeks glikemik rendah. Sebab berdasarkan penelitian ketiganya bonggol pisang  memiliki komposisi yang terdiri dari 76 persen pati, 20 persen air,  66,2 persen karbohidrat, protein, dan mineral-mineral penting. 

Kelebihan dari bonggol pisang kering juga memiliki kandungan kalori yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kalori beras. Menurut Hana kandungan karbohidrat, lemak, dan protein bonggol pisang kering lebih rendah jika dibandingkan dengan karbohidrat beras padi. 

“Bonggol pisang  mampu mencegah berbagai macam penyakit degeneratif, antaranya penyakit diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan obesitas. Melihat potensi tersebut, memungkinkan jika bonggol pisang dapat didiversifikan menjadi beras analog dengan indeks glikemik rendah sebagai suplemen makanan pokok bagi penderita diabetes melitus,” katanya. 

Pembuatan beras analog menggunakan bahan baku bonggol pisang diawali dengan pembuatan tepung bonggol pisang. Tepung bonggol pisang dijadikan beras analog menggunakan metode ekstruksi dan hasilnya diteliti karakteristik yang terdapat pada beras analog yang meliputi karakteristik fisik, kimia dan sensori. 

Beradasarkan hasil penelitian ketiga mahasiswa tersebut menyimpulkan bahwa kandungan kimia yang terdapat dalam beras analog bonggol pisang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beras padi yang dapat memicu penyakit degeneratif. 

“Kadar serat di dalam beras analog berbasis bonggol pisang juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras padi, sehingga akan memberikan serat pangan, vitamin, dan mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan” tutur Hana. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement