Senin 18 Jun 2018 19:02 WIB

Peneliti: Remaja Kurang Tidur Miliki Risiko Sakit Jantung

Sebagian peserta penelitian dianggap memiliki efisiensi tidur yang rendah.

Rep: Farah Nabila Noersativa/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: pixabay
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON –- Sebuah penelitian menyebutkan anak usia remaja yang tak cukup tidur akan berpotensi memliki faktor risiko penyakit jantung. Faktor risiko penyakit jantung itu seperti tekanan darah tinggi dan kelebihan lemak tubuh.

"Tidur itu penting," ujar salah satu peneliti dari Massachusetts General Hospital di Boston, Dr Elsie Taveras. Dikutip dari Reuters, dia melanjutkan, kuantitas dan kualitas tidur merupakan pilar kesehatan yang juga diiringi diet dan aktivitas fisik.

Dalam penelitian itu, Taveras dan timnya meminta sebanyak 829 remaja untuk memakai alat semacam pelacak aktivitas di pergelangan tangan mereka. Alat itu digunakan untuk mencatat tidur malam hari dan aktivitas siang hari selama 7 hingga 10 hari.

Tak hanya itu, mereka juga meneliti faktor risiko untuk penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Hal itu dilakukan dengan cara mengukur lingkar pinggang remaja, tekanan darah, kolesterol, dan ciri khas diabetes yang dikenal sebagai resistensi insulin.

Hasilnya, secara keseluruhan, setengah dari jumlah remaja itu tidur setidaknya 7,4 jam semalam, Hanya sekitar 2 persen dari mereka mendapat minimal 8 jam malam yang direkomendasikan oleh National Sleep Foundation, untuk remaja usia 14 hingga 17 tahun.  Rekomendasi lainnya yakni waktu tidur minimal 9 jam per malam, untuk remaja usia 11 hingga 13 tahun.

Sebagian besar peserta juga dianggap memiliki efisiensi tidur yang rendah. Sebab, setelah tertidur, mereka tetap tertidur hanya sekitar 84 persen dari waktu.

 “Menariknya, banyak hubungan yang kami amati dalam penelitian ini tidak bergantung pada kualitas diet dan aktivitas fisik serta kegemukan tubuh secara keseluruhan, yang merupakan beberapa jalur utama di mana tidur yang tidak adekuat dianggap mempengaruhi risiko kardiometabolik,” tambah Taveras.

Penelitian ini bukan eksperimen terkontrol yang dirancang untuk membuktikan apakah atau berapa kuantitas atau kualitas tidur dapat berdampak langsung pada faktor risiko kardiometabolik pada remaja.  Penelitian ini juga tidak menerangkan secara jelas apakah tidur yang buruk dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kelebihan lemak atau tekanan darah tinggi,

Meski begitu, seorang peneliti psikiatri di Universitas Columbia di New York City yang tidak terlibat dalam penelitian ini, James Gangwisch, mengatakan temuan tersebut menggarisbawahi pengaruh luas tidur dapat memiliki pada aspek lain dari kesehatan remaja. 

"Tidur yang tidak cukup meningkatkan rasa lapar dengan mempengaruhi hormon nafsu makan leptin dan ghrelin, yang dapat menyebabkan makan berlebihan dan berat badan. Tidak cukup tidur juga dapat membuat Anda merasa lelah dan stres, sehingga lebih sulit untuk berpartisipasi dalam olahraga teratur dan mematuhi rencana diet,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement