REPUBLIKA.CO.ID, ORLANDO -- Gaya hidup sehat banyak diadopsi oleh masyarakat yang menginginkan kualitas hidup yang lebih baik. Selain mendambakan tubuh sehat, penganut gaya hidup sehat juga tak jarang menginginkan bentuk tubuh yang menawan. Perut six pack adalah salah satu impian bentuk tubuh ideal. Rupanya, kaum milenial adalah yang paling mengimpikan bentuk tubuh yang demikian.
Sayangnya, cara yang dilakukan milenial demi meraih tubuh sixpack menjurus ke tindakan ekstrem. Hal itu terungkap dari studi di Amerika Serikat (AS) yang dilakukan oleh Orlando Health, jaringan rumah sakit yang berbasis di Orlando. Alih-alih berkonsultasi dengan dokter atau ahli nutrisi, milenial lebih senang mengonsumsi suplemen dan berolah raga lebih dari empat hari sepekan.
Semua itu dilakukan demi meraih perut sixpack dan membesarkan massa otot. Padahal, para dokter mengingatkan konsumsi suplemen tidak diatur dalam US Food and Drug Administration dan bisa menyebabkan efek samping bagi kesehatan.
Survey menyebut 90 persen pria di AS mengubah kebiasaannya untuk meraih bentuk tubuh yang ideal. Para pria milenial yang berolah raga di gym cenderung memaksa diri sendiri untuk berlatih hingga batas maksimal. Kebiasaan tersebut akhirnya malah menyebabkan kelelahan serta menyebabkan fluktuasi pada berat badan dan massa otot.
"Kami sering menggunakan analogi tubuh seperti sebuah mobil," kata Jamin Brahmbhatt, urologis di Orlando Health South Lake Hospital, dilansir dari Indian Express.
"Pria akan menyisihkan waktu untuk menjaga tubuh layaknya mobil ketika mengganti oli. Namun untuk alasan apapun kami menyarankan untuk tidak memaksakan diri dan mengubah pola pikir," jelas Brahmbhatt.
Studi tersebut melibatkan 1.003 pria di AS yang berusia di atas 18 tahun. Pengumpulan data dilakukan oleh ORC International dalam kurun waktu 8 hingga 11 Maret silam melalui wawancara telepon.
"Kebiasaan sehari-hari yang dianggap pria bisa menyehatkan tubuhnya justru berisiko. Banyak suplemen mengklaim dirinya sebagai suplemen terbaik. Namun tidak ada riset dan yang paling buruk berpotensi negatif bagi tubuh," imbuh Brahmbhatt