Rabu 09 May 2018 14:07 WIB

Sala Camilan Gurih Khas Pariaman

Sala biasanya menjadi teman pas untuk menemani makan lontong sayur atau lontong gulai

Sala Lauak, camilan khas Pariaman
Sala Lauak, camilan khas Pariaman

REPUBLIKA.CO.ID, Bentuknya bulat sebesar bola pingpong, warnanya kuning kecoklatan, renyah pada bagian luar, gurih isinya, itulah sala camilan khas dari Pariaman, Sumatera Barat.

Penganan yang kadang disebut juga sala lauak tersebut dibuat dari campuran tepung beras, ikan asin dan beberapa penyedap yang digoreng dengan minyak panas, dapat dijumpai di berbagai kedai di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.

Sala menjadi teman pas untuk menemani makan lontong sayur atau lontong gulai kikil, namun dimakan langsung rasanya juga tetap lezat sehingga tak cukup jika hanya memakan satu biji.

Untuk membuat sala, resepnya adalah tepung beras dicampur cabai merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, garam dan ikan asin yang dihaluskan, lalu adonan disiram air hangat.

Adonan tersebut dibentuk bulat sebesar bola pingpong lalu digoreng hingga menguning. Namun selama digoreng, jangan coba-coba untuk mengaduknya sebelum adonan mengeras karena akan berpotensi meletup.

Untuk sala ikan biasanya ikan yang digunakan relatif besar dan tidak dihaluskan. Proses peracikan bumbu dan memasak sala ikan yaitu tepung beras dicampur rempah-rempah, lalu diaduk rata.

Di Kabupaten Padang Pariaman salah satu pusat penjualan sala ada di Kawasan Makam Syekh Burhanuddin di Kecamatan Ulakan Tapakis.

Pada kawasan cagar budaya tersebut terdapat puluhan pedagang yang menyajikan penganan itu. Sala bulat dijual Rp 1.000 empat buah, sala ikan Rp 8.000 hingga Rp 10 ribu per buah tergantung ukuran, sala rakik Rp 1.000 per buah, sala rakik Rp 1.000 dan sala cumi Rp 4.000.

Salah seorang pedagang setempat, Jusnelti (34) mengaku telah menjual sala lauk semenjak 2002. Keuntungan yang didapatkan dari berjualan sala dan penganan goreng lainnya beragam, tergantung dari jumlah peziarah yang mendatangi makam.

"Menjelang Ramadhan jual beli bisa mencapai Rp1 juta sehari. Berbeda di hari biasa, hanya mencapai Rp500 ribu,"katanya.

Pendapatan tersebut bisa meningkat apabila memasuki lebaran Idul Fitri dan basafa atau waktu jamaah tarikat satariah menziarahi makam Syekh Burhanuddin. Bahkan Lebaran tahun lalu, jual beli Jusnelti mencapai Rp2 juta per hari sedangkan basafa mencapai Rp5 juta per hari.

Pembeli penganan yang dijajakan di kawasan tersebut tidak saja dari peziarah namun juga pengendara yang melintasi kawasan itu baik dari Kota Pariaman ke Kota Padang maupun sebaliknya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement