Kamis 03 May 2018 15:43 WIB

Tidur Siang Berpotensi Ciptakan Memori Palsu

Kumparan tidur berperan penting dalam konsolidasi memori.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Tidur siang.
Foto: Flickr
Tidur siang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Sebuah penelitian menyebut tidur siang bagi manusia lebih mungkin menciptakan memori palsu dalam otak, ketimbang tidak tidur siang. Hal ini terjadi karena di dalam otak terdapat kumparan tidur yang memberikan peran dalam pembentukan ingatan palsu pada manusia. Ingatan palsu merupakan ingatan yang muncul untuk mengingat hal-hal yang tidak pernah terjadi.

Menurut jurnal yang diterbitkan pada Desember 2017 lalu dalam jurnal Neuropsychologia, seperti dilansir di Livescience, kumparan ini merupakan semburan cepat aktivitas otak selama tidur. Itu terjadi di salah satu tahap tidur yang ringan, yakni saat denyut jantung mulai melambat dan tak ada pergerakan mata.

Penulis studi utama, John Shaw, mengatakan kumparan tidur memainkan peran yang sangat penting dalam mengonsolidasikan memori jangka pendek ke arsip jangka panjang di otak. “Dan juga dapat membantu dalam perkembangan kortikal. Tapi ini adalah studi pertama yang menemukan bahwa kumparan tidur secara tidak sengaja menciptakan ingatan palsu,” ujar Shaw, yang merupakan seorang mahasiswa doktor psikologi di Lancaster University di Inggris.

Dalam penelitian itu, dia dan tim peneliti lain melibatkan 32 mahasiswa yang tak beristirahat dan tak mengonsumsi kafein. “Para peserta diperlihatkan beberapa kata, semua kata berhubungan dengan topik yang sama, sebelum dihubungkan ke perangkat polisomnografi yang memonitor aktivitas otak selama tidur,” jelasnya.

Para peserta kemudian secara acak ditugaskan ke salah satu dari dua kelompok, yakni kelompok tidur siang atau kelompok yang terjaga. Kelompok tidur siang dikirim ke sebuah ruangan dengan tempat tidur dan tirai gelap, sementara kelompok yang terjaga diberitahu untuk menonton film dokumenter alam atau kartun Mr. Bean.

Alat polisomnografi itu  merekam aktivitas otak untuk memastikan kelompok tidur siang benar-benar tertidur dan tidak hanya berbaring di tempat tidur. Hasilnya, semua peserta kembali menunjukkan serangkaian kata dan ditanya apakah mereka telah melihat kata-kata sebelumnya.

Beberapa kata diulang dari sesi pertama, tetapi terdapat kata baru yang ditanyakan para peneliti. Para peneliti menemukan siswa yang tidur siang, secara signifikan lebih mungkin menyebutkan kata-kata baru itu.

“Mereka mengatakan bahwa mereka telah melihat kata-kata sebelumnya, menciptakan kenangan palsu,” ujar Shaw. Penemuan itu adalah apa yang para peneliti telah prediksi berdasarkan studi sebelumnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement