Kamis 26 Apr 2018 12:21 WIB

Ternyata Patah Hati Bisa Jadi Sindrom yang Mematikan

Penyakit patah hati sulit didiagnosis karena gejalanya mirip serangan jantung.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Patah hati
Foto: pixabay
Patah hati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sindrom patah hati kerap dialami oleh sebagian besar orang. Namun, apa yang terjadi ketika orang mengalami patah hati?

Apabila seseorang mendapat berita paling menyedihkan, ternyata Anda bisa mati karena patah hati. Jika pernah mengalami patah hati, Anda akan mengingat rasa sakit dan kesedihan yang dapat menyertainya. Bahkan mungkin rasanya seperti hati patah menjadi dua.

Meskipun hati tidak retak dalam dua seperti karikatur merah yang sering digambarkan, namun hati sebenarnya bisa hancur dalam menanggapi rasa sakit emosional yang hebat atau stres. Fenomena "sindrom patah hati," juga dikenal sebagai kardiomiopati takotubo atau kardiomiopati stres. Fenomena itu ditemukan pada 1990 di Jepang dan terutama mempengaruhi wanita.

Menurut Dr Nicole Harkin, seorang ahli kardiologi dan asisten profesor klinis di New York University, sindrom patah hati terjadi ketika fungsi pompa jantung menurun sementara untuk menanggapi tekanan fisik, atau emosional yang kuat. "Tidak sepenuhnya diketahui mengapa itu terjadi, tetapi diduga karena efek merugikan dari gelombang katekolamin tiba-tiba," kata Dr Nicole Harkin, dilansir dari laman Independent, Kamis (26/4).

Baca juga: Konsumsi Ikan Berlemak Turunkan Risiko Penyakit Jantung

Saat terjadi, ruang pemompa utama jantung, ventrikel kiri melemah, menurut Harvard University Medical School. Patah hati bisa sulit didiagnosis karena gejalanya hampir identik dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada atau sesak napas.

Namun, patah hati berbeda dari serangan jantung karena tidak ada bukti penyumbatan di arteri koroner pada angiografi. Ini juga memiliki tampilan yang khas pada echocardiogram.

Apa yang menyebabkan sindrom patah hati dan siapa yang mengalaminya? Patah hati adalah salah satu penyebab yang mungkin, di samping situasi stres tinggi seperti argumen, bencana alam, atau kematian orang yang dicintai. Dan sindrom ini lebih umum daripada yang diduga sebelumnya, karena dokter terus meneliti patah hati.

Dalam banyak kasus, Dr Harkin mengatakan orang-orang biasanya pulih akibat sindrom ini. Jantung mereka juga kembali normal dalam beberapa pekan. Dr Harkin mengatakan orang jarang mati karena hal ini.

Namun dalam kasus yang parah, sindrom patah hati dapat menyebabkan kematian mendadak, dengan gagal jantung terjadi pada sekitar 20 persen pasien, menurut Harvard University Medical School. Sindrom ini juga dapat menyebabkan efek jangka panjang pada kesehatan jantung. Terkadang dalam masalah hati, cokelat dan menangis tidak cukup untuk menyembuhkan hati yang hancur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement