REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sering dikeluhkan, banyak wanita yang tidak serius terhadap masalah keputihan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan PT Kino Indonesia melalui Focus Group Discussion (FGD), tingkat kesadaran wanita dalam menjaga area kewanitaan masih sangat rendah.
"Dari FGD yang kami lakukan hasilnya 70 persen wanita mengalami masalah pada organ kewanitaan," ungkap Yuna Eka Kristina selaku Senior PR Manager PT Kino Indonesia, beberapa waktu lalu.
Bahkan saat sudah mengalami keputihan, masih banyak yang mengatasinya secara tidak tepat. Misal, membersihkan area kewanitaan menggunakan sabun. Padahal, sabun dapat memberikan dampak yang tidak baik untuk vagina.
Menurut doker spesialis kandungan dan kebidanan dr. Neni Anggraeni Sp.OG, penggunaan sabun mandi untuk membersihkan keputihan dapat mempengaruhi pH vagina. Sabun mandi bersifat basa sedangkan vagina bersifat asam.
Neni menjelaskan pH normal untuk vagina adalah kisaran 3.5 sampai 4.5 sedangkan pH sabun mandi bisa mencapai angka 9. Kondisi pH yang basa ini akan mengakibatkan terganggunya perkembangan floral.
Floral sendiri merupakan bakteri lactobacillus (bakteri baik) yang berfungsi menjaga pH vagina tetap dalam kadar normal. Selain bakteri baik, pada vagina juga terdapat bakteri jahat atau patogen yang menyebabkan infeksi di daerah kewanitaan.
Cara lain yang dapat merusak perkembangan floral adalah cuci vagina atau douching. Menurut Neni, douching berpotensi menyingkirkan bakteri baik sehingga yang berkembang justru bakteri patogen.
Sebagai langkah awal apabila mengalami keputihan yang berlebih, Neni menyarankan untuk segera membasuh vagina dengan air kemudian mengganti celana dalam dengan yang bersih. Jika masih masih terasa lembab, bersihkan bagian bibir vagina menggunakan tisu kering.
Agar lebih nyaman saat beraktivitas, penggunaan sabun khusus pembersih daerah kewanitaan sangat dianjurkan lebih dianjurkan daripada penggunaan sabun mandi. Apabila tanda-tanda keputihan tidak normal sudah terlihat, disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter.