REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para peneliti University of Warwick Inggris menemukan anak-anak dan remaja yang kurang tidur memperoleh lebih banyak berat badan ketika mereka tumbuh dewasa. Itu membuat mereka obesitas.
Menurut Warwick Medical School Michelle Miller, kelebihan berat badan dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan tipe 2 diabetes. Penyakit itu bisa terjadi pada anak-anak.
"Temuan penelitian menunjukkan tidur dapat menjadi faktor risiko potensial yang berpotensi dimodifikasi (atau penanda) dari obesitas di masa depan," kata Miller, seperti yang dikutip dari Indian Express, Rabu (18/4).
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep mengulas hasil 42 studi populasi bayi, anak-anak dan remaja berusia 0 hingga 18 tahun. Total peserta yang ada berjumlah 75.499 peserta.
Durasi tidur rata-rata mereka dinilai melalui berbagai metode. Mulai dari kuesioner hingga teknologi yang dapat dikenakan.
Para peserta dikelompokkan menjadi dua klasifikasi yakni tidur pendek dan tidur biasa. Tidur pendek didefinisikan sebagai kurang tidur untuk usia mereka.
Ini didasarkan pada pedoman terbaru di AS yang merekomendasikan bayi (4 hingga 11 bulan) tidur antara 12-15 jam setiap malam, balita (1-2tahun) mendapatkan 11-14 jam untuk tidur, anak-anak di pra sekolah (3-5 tahun) tidur 10-13 jam, anak usia sekolah (6-13 tahun) antara 9 dan 11 jam. Sedangkan remaja (14-17 tahun) disarankan tidur 8-10 jam.
Peserta ditindaklanjuti selama periode rata-rata tiga tahun serta insiden kelebihan berat badan dan atau obesitas dicatat dari waktu ke waktu. Pada semua usia, orang yang tidur pendek memperoleh lebih banyak berat badan dan secara keseluruhan 58 persen lebih mungkin menjadi obesitas.
Hasilnya, kata Miller, menunjukkan hubungan konsisten di semua usia yang menunjukkan peningkatan risiko hadir pada anak-anak yang lebih muda dan lebih tua. Penelitian ini juga memperkuat konsep kurang tidur merupakan faktor risiko penting obesitas.