REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penyanyi asal Inggris yang dikenal sebagai salah satu personil The Beatles, Sir Paul McCartney, turut meramaikan aksi March of Our Lives di New York, Amerika Serikat (AS). Ia tampak mengambil bagian untuk acara yang mendukung regulasi pengaturan peredaran senjata.
McCartney mengatakan alasan utama ia ikut berkontribusi dalam March for Our Lives. Menurutnya, hal ini menjadi sebuah upaya menghentikan ketakutan dan keresahan banyak orang terhadap peredaran senjata, serta melihat apa yang telah dialami oleh sahabatnya, John Lennon.
Lennon, vokalis The Beatles tewas karena ditembak oleh Mark David Chapman di Manhattan pada 8 Desember 1980. Peristiwa ini begitu menyakitkan bagi banyak orang, khususnya McCartney dan teman-temannya dalam grup musik tersebut.
Dalam acara ini, McCartney mengenakan sebuah kaos bertuliskan 'Kita Bisa Mengakhiri Kekerasan Senjata'. Bintang musik ini menjadi satu dari setidaknya 175 ribu peserta March for Our Lives di New York.
Selain di New York, sejumlah kota lainnya di AS seperti Boston, Los Angeles, Chicago, Houston, dan Minneapolis, serta seluruh dunia juga mengadakan aksi serupa pada Sabtu (24/3). March for Our Lives muncul sebagai gerakan yang menentang ada kekerasan dan kejahatan apapun terkait dengan peredaran senjata, salah satunya karena adanya insiden penembakan massal di Marjory Stoneman.
Bagi McCartney, ia mengakui bahwa aksi tersebut belum tentu akan membuat peredaran senjata tertahan. Namun, baginya gerakan ini menjadi sesuatu yang dapat dilakukan oleh setiap individu, termasuk dirinya.
"Apa yang bisa saya lakukan adalah melalui gerakan ini, jadi saya di sini untuk melakukannya," ujar McCartney dilansir The Independent, Ahad (25/3).
March for Our Lives menjadi puncak terhadap para pemimpin politik di AS yang dalam satu bulan terakhir disorot atas aturan mengenai peredaran senjata. Tindakan pengendalian senjata telah dilakukan beberapa, salah satunya yang diberlakukan di Florida.