REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan konsep pariwisata nomaden atau "nomadic tourism" cocok untuk pengembangan pariwisata di Garut, Jawa Barat.
"Nomadic tourism yang berpindah-pindah akan cocok di Garut," kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam kata sambutan di acara pembukaan Gebyar Pesona Budaya Garut ke-16, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (21/2).
Pada kesempatan itu, Menteri Arief sekaligus membuka Gebyar Pesone Budaya Garut 2018 di Lapangan Ciateul, Garut.Festival budaya yang diadakan pada 20-27 Februari 2018 tersebut juga menjadi bagian dalam merayakan Hari Jadi Ke-205 Kabupaten Garut.
Acara itu juga menjadi momentum untuk mempromosikan potensi pariwisata Garut yang dahulu dikenal sebagai `Switzerland van Java" atau Swiss-nya Jawa.
Menpar Arief mengatakan pariwisata dengan pemandangan Garut yang bagus tidak boleh dibuat dengan konsep pembangunan gedung permanen. Pariwisata nomaden itu cocok untuk Garut karena 80 persen wilayah Garut merupakan konservasi alam. "Akomodasi yang berpindah-pindah cocok untuk Garut," tuturnya.
Konsep tersebut dapat dikembangkan dengan karavan, "glamorous camping", dan "home port". Karavan atau kendaraan yang mencakup tempat tinggal merupakan bentuk penginapan yang fleksibel. Sementara glamorous camping (glamcamp), yakni kemah yang didesain berkelas sehingga memanjakan wisatawan.
"Kalau karavan bisa memilih spot terbaik dengan sudut panorama. Karavan bisa harian kamu pindah-pindah, glamcamp bulanan, home port mungkin bisa enam bulanan," kata Arief pada peresmian Badan Otorita Pariwisata Borobudur di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (9/2) malam.
Sebelumnya, Menpar Arief Yahya meminta Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur segera mengembangkan konsep pariwisata nomaden atau "nomadic tourism" sebagai percepatan dalam menyambut pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2018.
Indonesia bisa mencontoh Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru yang dinilai mampu membentuk penginapan karavan.
Dia mengatakan pengembangan "nomadic tourism" seperti karavan dan kemah mewah (glamorous camping/glamping) lebih cepat dijadikan sebagai nilai jual pariwisata Borobudur daripada membangun hotel dan gedung permanen (fixed) yang membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun.
"Mulailah dengan 'nomadic tourism', mulailah dengan 'temporary' (sementara), dengan cepat. Sesuatu yang kecil profitabilitasnya tidak harus kecil. Glamping untuk bintang empat atau lima itu nanti IMF World Bank sudah bisa dijual Oktober," katanya.