REPUBLIKA.CO.ID, Superbugs merupakan sebutan untuk bakteri yang sudah menjadi resisten terhadap beragam obat antibiotik, bahkan obat terkuat saat ini. Tak kehabisan ide, tim peneliti memutuskan untuk mengevaluasi ulang antibiotik lama untuk melawan superbugs.
Upaya ini ternyata tak sia-sia. Obat antibiotik berumur 40 tahun, octapeptin, ternyata mampu melawan superbugs paling sulit yang ada saat ini. Octapeptin sudah lama tidak digunakan dan terlupakan oleh ilmuwan karena saat ini ada banyak antibiotik baru yang lebih modern.
Tim peneliti melakukan evaluasi ulang octapeptin karena dua pertimbangan, yaitu jumlah peneliti yang terbatas dan jumlah antibiotik baru yang sedikit. Evaluasi ulang terhadap octapeptin dilakukan dengan menggunakan prosedur penemuan obat moderen.
"Untuk mengevaluasi ulang efektivitas obat tersebut melawan superbugs," jawab salah satu peneliti dari University of Queensland di Australia, Matt Cooper, seperti dilansir Science Alert.
Salah satu upaya yang dilakukan tim peneliti adalah melakukan sintesisasi octapeptin. Di saat yang bersamaan, tim peneliti juga meningkatkan efektivitas obat 'kuno' tersebut dalam melawan bakteri yang sudah teramat resisten terhadap obat.
Tim meneliti mengungkapkan bahwa octapeptin memiliki struktur yang tak jauh berbeda dengan colistin. Namun hasil analisis baru menunjukkan bahwa octapeptin memiliki risiko toksisitas yang lebih rendah selama digunakan dalam terapi.
Tak hanya itu, octapeptin juga dinilai sangat sesuai dalam melawan jenis bakteri 'bandel' yang dikenal sebagai bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang memicu beragam kondisi seperti pneumonia, Infeksi Luka Operasi (ILO) dan Infeksi Tempat Pembedahan (ITP), infeksi aliran darah dan meningitis. Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang sulit dimatikan karena mereka memiliki membran ekstra untuk penetrasi yang kerap tersembuni oleh kapsul atau lapisan lendir.
"(Kapsul atau lapisan lendir) yang berperan untuk menyamarkan mereka dari obat dan sistem imun kita," tambah Cooper.
Cooper mengatakan octapeptim memiliki aktivitas antimikrobial yang lebih unggul dibanding colistin dalam melawan bakteri gram negatif paling resistan terhadap obat. Hal ini diketahui melalui hasil uji praklinis pada hewan percobaan yang dimuat dalam Cell Chemical Biology.
Pengembangan octapeptin ini masih harus melewati proses pengembangan yang panjang. Akan tetapi tim peneliti menilai temuan baru dari uji praklinis ini dapat menjadi dasar terbentuknya antibiotik generasi baru yang siap untuk melawan beragam infeksi yang mengancam nyawa. Hal ini tentu dapat memberi banyak perubahan, mengingat dalam 30 tahun terakhir ini hanya adai satu kelas antibiotik baru yang diluncurkan ke pasaran.
Terlepas dari penelitian yang menjanjikan, superbugs saat ini masih lebih mendominasi. Beberapa pihak memperkirakan bahwa infeksi bakteri yang resisten terhadap obat dapat mempengaruhi 10 juta jiwa per tahun pada 2050. Saat ini, infeksi resisten obat sudah mempengaruhi 700 jiwa per tahun di dunia.
"Kami harap ini, dan aktivitas serupa di laboratorium lain dapat membantu memperbaiki pipeline antibiotik yang rusak," terang Cooper.