Jumat 26 Jan 2018 00:15 WIB

Festival Legendaris Bau Nyale Kembali Digelar di Lombok

Acara menangkap cacing laut bernilai sakral tinggi bagi penduduk asli Pulau Lombok.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Indira Rezkisari
Ribuan warga memadati pesisir pantai untuk mencari
Foto: Antara
Ribuan warga memadati pesisir pantai untuk mencari "nyale" (cacing laut) di Pantai Seger, Lombok Tengah, NTB, Rabu (27/2). Tradisi "Bau Nyale" setahun sekali itu dikemas untuk atraksi wisata oleh Pemkab Lombok Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata NTB menyiapkan empat event menarik yang masuk dalam 100 Wonderfull Event 2018 Kementerian Pariwisata. Keempat event tersebut ialah Festival Bau Nyale, Festival Tambora, Festival Lombok Sumbawa, dan Festival Moyo.

Yang terdekat ialah Festival Bau Nyale pada 6-7 Maret 2018 di Pantai Seger, kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan, Bau Nyale menjadi agenda pertama membuka kalender agenda pariwisata NTB pada tahun ini.

"Puncaknya pada 6-7 Maret, tapi mulai 12 Februari hingga 20 Februari sudah akan dimulai rangkaian kegiatan," ujar Faozal saat rapat koordinasi pariwisata NTB di Golden Palace, Mataram, NTB, Kamis (25/1).

Sejumlah rangkaian kegiatan tersebut meliputi pawai budaya, seminar kelautan dan pariwisata, pameran budaya, lomba kuliner, hingga Mandalika Fashion. Seperti tahun sebelumnya, Festival Bau Nyale akan digelar di Pantai Seger, Mandalika.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah Lalu Putria menyebutkan, Bau Nyale adalah tradisi masyarakat Lombok, terutama yang berada di bagian selatan untuk berburu cacing laut jenis Wawo atau Nyale dalam bahasa Sasak yang muncul setahun sekali.

"Konon, Nyale dipercaya sebagai sosok lain sang putri yang kembali hadir menyapa masyarakat Lombok," kata Putria.

Bau Nyale atau menangkap cacing laut merupakan sebuah tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi penduduk asli Pulau Lombok yakni Suku Sasak. Pesta Bau Nyale ini erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang tentang hikayat seorang putri cantik bernama Mandalika.

Putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan memesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga Pangeran-Pangeran dari berbagai Kerajaan seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan Kerajaan Beru berniat mempersuntingnya.

Sang Putri menjadi gusar. Pasalnya, jika memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi Sasak, nama lain Pulau Lombok. Sang Putri akhirnya mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya untuk bertemu di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan ke-10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh.

Di hadapan para pangeran dan rakyatnya, Sang Putri meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencarinya tidak menemukan jasadnya. Setelah beberapa saat, datanglah sekumpulan Cacing berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Kisah ini menjadi salah satu agenda yang paling ditunggu-tunggu baik bagi masyarakat Lombok maupun para wisatawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement