REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukses dengan film Susah Sinyal, Ernest Prakasa bersama Ika Natassa, menuangkan kisah dalam filmnya itu ke dalam sebuah novel. Ika Natassa sendiri pernah menulis novel Critical Eleven dan enam karya lainnya.
Menurut Ernest, film memiliki keterbatasan durasi. Sehingga ada beberapa hal di film yang tidak bisa dijelaskan terlalu banyak karena keterbatasan tersebut. Sehingga, ia memiliki ide untuk mengadaptasikan film ke dalam sebuah novel.
Dirinya pun menggandeng Ika, yang memang sebelumnya sudah sering ngobrol untuk kerja bareng. ''Aku ngobrol sama Ika, Eh menurut lu gimana kalau film ini skenarionya kita adaptasikan ke dalam sebuah novel?' Ika bilang, Boleh, sini gua aja yang bikin,'' kata Ernest, dalam konferensi persnya, di Jakarta, Selasa (9/1).
Namun Ernest memang sudah beberapa kali melempar wacana untuk mengerjakar sesuatu bersama Ika. Sehingga akhirnya mereka mencoba kolaborasi di novel Susah Sinyal.
Ernest menilai, Ika punya gaya yang sangat khas dalam tulisannya dan pas mengadaptasi tulisan yang dibuatnya bersama sang istri, Meira. Ia merasa senang pengalaman baru bagaimana menuangkan cerita film ke sebuah novel.
Meski jarak keduanya cukup jauh, dimana Ika tinggal di Medan, namun hal itu tak menjadi hambatan. Ika pun meminta Ernest mengirimkan skenario film tersebut dan langsung terkesan saat membacanya. ''Aku minta seknarionya, aku baca, waw its really good,'' terang Ika.
Sebab, Ika merasa belum pernah melihat skenario yang sedemikian padat ceritanya. Dari sisi komedinya, emosi serta hubungan antara ibu dan anak. ''Pokoknya semua komplet lah,'' ucap Ika.
Ika, yang terakhir kali menulis novel Critical Eleven, mengaku gelisah karena pertama kali dia menulis berkolaborasi dengan orang lain. Apalagi, ceritanya sendiri bukan dari dia, sehingga ia selalu harus berkomunikasi intens dengan Ernest ketika mengeksplorasi cerita. ''Banyak yang dielaborasi lebih lagi di novel nantinya. Seperti pas Oma Ellen meninggal. Di film kan hanya digambarkan sebentar, di novel saya buat itu jadi 1 bab,'' jelas Ika.
Ika juga mengaku belum pernah mengunjungi Sumba. Sehingga ia harus melakukan riset melalui video-video yang ada. Hal itu juga dilakukannya ketika membuat novel Critical Eleven, dirinya belum pernah menginjakan kaki di New York. Tantangannya lainnya, ia harus mengembangkan cerita dari hanya 100 halaman dari Ernest dan Meira, menjadi hampir 300 halaman.
Novel Susah Sinyal sendiri menggambarkan bagaimana Jakarta bukan jenis kota yang membuat jatuh cinta pada pandangan pertama. Tiga puluh enam tahun hidup di Jakarta sudah cukup untuk membuat Ellen paham bahwa kota ini tidak cocok untuk yang lemah dan gampang menyerah. Namun justru itu yang membuat Ellen sukses menjadi pengacara di usia muda.
Ellen selalu punya solusi untuk segalanya, kecuali anaknya sendiri, Kiara. Ia merupakan remaja pemberontak yang lebih sering melampiaskan emosi dan kreatifitasnya di media sosial.
Sebagai single mom, Ellen membesarkan Kiara dibantu ibunya, sosok yang bagi Kiara lebih seperti ibu daripada Ellen. Tanpa disadari, hubungan mereka kian renggang dan selalu terganjal masa lalu yang Ellen simpan rapat-rapat.
Segalanya ada pada waktunya, dan segalanya juga bisa tiada pada waktunya. Dan ketika tiba pada waktunya, kita tidak bisa apa-apa. Hidup mereka langsung berubah saat sebuah tragedi menerjang tanpa diduga, yang menyebabkan Ellen 'melarikan diri' ke Sumba dengan Kiara, meninggalkan sementara kasus besar yang sedang dia tangani.