Kamis 04 Jan 2018 12:18 WIB

Jumlah Pengunjung Taj Mahal akan Dibatasi

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Taj Mahal India
Foto: EPA
Taj Mahal India

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India membatasi jumlah pengunjung harian Taj Mahal dalam upaya melestarikan monumen abad ke-17 yang merupakan objek wisata terbesarnya. Jutaan turis India kebanyakan mengunjungi Taj Mahal setiap tahun dan jumlah mereka terus meningkat seiring perjalanan domestik yang menjadi lebih mudah.

Para ahli mengatakan, makam marmer putih sudah harus menjalani pembersihan rutin untuk menghentikannya berubah menjadi kuning dari udara yang tercemar dan dapat memberi tekanan pada fondasinya. Di masa depan, hanya 40 ribu wisatawan lokal yang diizinkan memasuki kompleks bersejarah per hari, kata pihak berwenang.

"Kita harus memastikan keamanan monumen dan pengunjung juga. Manajemen kerumunan muncul sebagai tantangan besar bagi kami," kata seorang pejabat Survei Arkeologi India yang mengendalikan monumen tersebut, dilansir dari The Malay Mail Online, Kamis (4/1).

Pembatasan tersebut tidak berlaku untuk orang asing, yang membayar 1.000 rupee (Rp 212 ribu) untuk masuk. Sedangkan pengunjung India biasanya membayar hanya 40 rupee (Rp 8.483), tapi mereka bisa membeli tiket yang lebih mahal jika ingin melihat lebih dari batas yang ditentukan.

Taj Mahal dibangun oleh kaisar Mughal Shah Jahan sebagai makam untuk istri tercintanya Mumtaz Mahal, yang meninggal saat melahirkan pada 1631. Siapa pun yang ingin melihat ruang bawah tanah utama, yang menampung makam marmer spektakuler pasangan yang bertatahkan batu semi mulia, juga harus membayar tiket yang lebih mahal.

Keputusan untuk membatasi pengunjung datang setelah lima pengunjung terluka pada tahun ini. Jumlah pengunjung harian ke Taj Mahal rata-rata 10.000-15 ribu, namun bisa jauh lebih tinggi di akhir pekan, naik menjadi sekitar 70 ribu.

Hampir 6,5 juta orang mengunjungi monumen tersebut pada 2016, menurut data pemerintah. Taj Mahal telah menarik banyak pemimpin dunia dan royalti termasuk mantan Presiden AS, Bill Clinton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement