REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Travelling merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan. Hanya, bagi sebagian kalangan yang mengidap penyakit diabetes melitus (diabetisi), jalan-jalan bisa berbuah masalah.
Karena --pada saat melakukan travelling--para diabetisi umumnya tidak bisa maksimal tidak sempat dalam menerapkan Jadwal,Jumlah serta Jenis kalori (3J) yang padasaat mengkonsumsi makanan.
Padahal bagi para diabetisi, hal ituadalah prinsip yang harus dipatuhi guna menjaga keseimbangan kadar gula dalam darah, kata dokter spesialis dalam RSI Sultan Agung, Hj Nur Anna CS, di hadapan angggota Persatuan Diabetes Indonesia (Persedia), Rabu (29/11).
Ketika bepergian, jelasnya, para diabetisi terpaksa harus berhadapan dengan makanan yang memang sudah disediakan oleh penyedia jasa pariwisata atau terpaksa harus membeli asupan makanan, dari warung makanan yang ditemui.
Bagi para diabetisi, hal tersebut menjadi salah satu perilaku yang berpotensi menjadi penyebab problem kesehatannya sendiri. Lalu bagaimana kiat yang harus dilakukan para diabetisi agar tamasya tetap fun dan sehat?
Anna memaparkan, ketika travelling, usahakan ketika sampai di tempat wisata yang dituju dengan tidak berdiam diri, meski lokasi cukup nyaman dan menyenangkan untuk berlama-lama dan berdiam diri.
Akan lebih baik jika tetap memperbanyak aktvitas, minimal berjalan kaki dan jika memungkinkan melakukan senam ringan. Aktivitas ini, jelasnya, merupakan salah satu pilar untuk mengendalikan diabetes selain perencanaan makanan, edukasi dan obat-obatan.
"Terutama olahraga ringan yang mampu membantu pembakaran kalori. Semisal berjalan di tempat, peregangan, gerakan-gerakan senam ringan selama hampir 1 jam. Dengan berolahraga ringan di tempat wisata selama 60 menit, akan mampu membakar 200-350 kilo kalori. Hal itu sangat membantu bagi diabetisi," paparnya.