Ahad 26 Nov 2017 09:48 WIB

Mengulik Kisah Panglima Jenderal Besar Indonesia

Rep: MGROL 99/ Red: Indira Rezkisari
Patung Jenderal Soeharto di Museum Satria Mandala.
Foto: MGROL 99
Patung Jenderal Soeharto di Museum Satria Mandala.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jas Merah atau jangan sekali-sekali melupakan sejarah, ungkapan yang tepat untuk kembali menumbuhkan rasa nasionalisme. Perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan tentu tidak lepas dari peran pahlawan dan jenderal besar Indonesia. Siapa sajakah jenderal besar tersebut?

Anda bisa menapaki tilas kisah para jenderal besar Indonesia di Museum Satria Mandala yang berlokasi di Jalan g=Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Museum yang terletak di atas tanah seluas 56.670 meter persegi ini dulunya adalah gedung kediaman Presiden Soekarno dan Ibu Ratna Sari Dewi Soekarno yang dikenal dengan Wisma Yaso.

Museum memiliki 72 diorama menggambarkan peranan TNI bersama rakyat dalam menegakkan kemerdekaan dan mempertahankan NKRI. Di antara semua koleksi yang paling menarik adalah kisah dan peninggalan jenderal besarnya.

Ruang Panglima Jenderal Besar Soedirman

Jenderal Besar Sudirman adalah Panglima Angkatan Perang pertama. Jenderal Soedirman lahir di Dukuh Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah pada 24 januari 1916. Pada usia 29 tahun dia diangkat sebagai Panglima Angkatan Perang.

Sudirman pernah memimpin perang gerilya tahun 1948-1949 serta bergerilya melawan Agesi Militer II Belanda. Ketika memimpin perang Sudirman menggungakan tandu istimewa. Tentu tandu istimewa ini tersimpan rapi di museum.

Perlengkapan lainnya selama bergerilya berupa peta situasi rute gerilya, perabotan meja tulis, tempat tidur, meja tamu serta mantel yang dikenakan Sudirman pun terjaga di sini. Disamping itu, dipamerkan pula lukisan serta foto-foto yang menggambarkan ketika Jenderal Sudirman menjabat sebagai panglima.

Ruang Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo

Tidak jauh berbeda dengan Ruang Jenderal Besar Soedirman, di ruangan ini Anda dapat menemukan lukisan, foto-foto dan benda peninggalan pribadi Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Pertama. Pria yang lahir di Kampung Sindurejan, Purwerejo, Jawa Tengah pada 22 Februari 1893 ini berusia 52 tahun ketika diberi tugas mengorganisasi suatu tentara regular yang baru saja dibentuk.

“Aneh suatu negara zonder (bahasa Belanda yang berarti tanpa) tentara” adalah ucapan yang terpampang pada dinding Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Ucapan tersebut beliau lontarkan ketika sebelumnya Pemerintah RI tidak segera berniat membentuk tentara regular.

Ruang Jenderal Besar AH Nasution dan Jenderal Besar HM Soeharto

Pada ruangan ini pengunjung bisa melihat buku karya jenderal AH Nasution yang dijadikan rujukan pembelajaran militer di seluruh dunia yang berjudul Fundamentals of Guerrilla Warfare. Tidak hanya itu, dalam ruang ini sosok AH Nasution dikenang dalam bentuk patung.

Pemandu museum I Wayan Agus menjelaskan patung AH Nasution dibuat dengan wajah yang terlihat muda. Hal itu disesuaikan dengan permintaan sang istri dari Jenderal Besar AH Nasution. “Patung ini dibuat sesuai permintaan istri mendiang Jenderal Besar AH Nasution. Patung suaminya, Haris Nasution harus dibuat dengan wajah saat sang jenderal muda,” ujarnya.

Selain patung AH Nasution terlihat juga patung Jenderal Besar HM Soeharto yang terlihat tersenyum. Soeharto sendiri memang dikenal sebagai jenderal yang sering tersenyum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement