REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka merebut dan mempertahankan NKRI tentu tidak mudah. Ada peran rakyat dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berjuang bersama demi menegakkan kemerdekaan yang tak ternilai harganya. Untuk menelisik cerita pejuang Indonesia, cobalah berkunjung ke Museum Satria Mandala.
Di tengah padatnya jalanan Jakarta, jika Anda melewati Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan akan tampak kapal perang dan beragam pesawat tempur di halaman museum. Saat memasuki ruangan museum, pengunjung pun langsung disuguhkan pemandangan replika besar teks proklamasi yang terukir pada dinding keramik putih. Di sinilah Museum Satria Mandala berada.
Ruangan dengan replika teks proklamasi disebut ruang panji-panji. Selain menghadirkan replika teks proklamasi, jantungnya Museum Satria Mandala juga menyimpan koleksi Panji-Panji TNI yaitu Panji Hankam, TNI AD, TNI AU, dan Polri. Sedang di sisi lain tampak lambang negara serta lambang Hankam masing-masing perangkat negara tersebut.
Menelisik masuk ruangan sebelah kiri, berbentuk seperti lorong, pengunjung disuguhkan enam diorama yang bercerita tentang proklamasi kemerdekaan, pembentukan badan keamanan rakyat, badan-badan perjuangan, angkatan muda polisi bergerak, pembentukan tentara keamanan rakyat hingga kisah pertempuran Surabaya.
“TNI lahir karena Proklamasi 17 Agustus 1945, hidup dengan Proklamasi itu dan bersumpah mati-matian hendak mempertahankan kesucian Proklamasi tersebut,” tulisan terebut akan Anda baca jika berpindah pada ruang berikutnya.
Ada pula ruang yang didedikasikan untuk panglima angkatan perang pertama, Jenderal Sudirman. I Wayan Agus, pemandu museum menjelaskan yang menjadi keunikan dari museum ini adalah keaslian koleksi yang ditawarkan.
“Misalnya dalam ruangan Jenderal Sudirman ini ada tandu asli yang digunakan Jenderal Sudirman bergerilya melawan Agresi Militer II Belanda, tandu ini juga digunakan saat membawa Jenderal Sudirman ketika sakit,” ujarnya.
Selain ruang Panglima Jenderal Besar Sudirman, museum ini juga menampilkan koleksi dari para panglima jenderal besar lain seperti Oerip Soemohardjo, AH Nasution dan HM Soeharto. Museum ini juga menyimpan koleksi tanda pangkat yang memamerkan pangkat, brevet, badge yang pernah digunakan TNI sejak 1945. Ruang-ruang selanjutnya pun menceritakan beragam pertempuran yang dilakukan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah.
Tentu perjalanan tak selesai sampai situ, Republika.co.id menelisik lebih jauh museum seluas 56.670 meter persegi ini. Penasaran dengan sejarah persenjataan TNI, Anda bisa melihatnya di ruang senjata yang terletak di ruang bawah tanah. Penempatan senjata di ruang khusus ini terbagi menjadi dua perode yakni senjata yang dipergunakan pada tahun 1945-1949 dan senjata yang digunakan paska tahun tersebut hingga sekarang.
Pada akhir ruang persenjataan, Anda akan diarahkan keluar museum dengan menikmati koleksi kendaraan tempur mulai dari tank, panser, hingga pesawat tempur. Di sini Anda bisa bebas berswafoto ala prajurit dengan kendaraan tempurnya.
Tertarik untuk mengunjungi Museum Satria Mandala? Museum yang tutup hari Senin dan libur nasional ini buka mulai pukul 08.30 hingga 14.30 WIB. Harga tiket masuk sebesar Rp 4.000, Pada setiap HUT TNI 5 Oktober, Hari Pahlawan 10 November, dan hari Museum 12 Oktober pengunjung tidak akan dibebankan biaya masuk untuk menikmati semua koleksinya.