REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua tentu ingin memberikan anak-anaknya pendidikan yang terbaik. Namun kendala biaya sering menjadi faktor penghambat.
Penasehat keuangan Ghita Argasasmita membagikan beberapa tips mengelola keuangan bagi sekolah anak dalam acara Bukatalk, Jakarta, beberapa waktu lalu. "Jangan hanya memikirkan besok mau sekolah di mana, tapi pikirkan hingga ke jenjang perguruan tinggi," kata ibu satu anak ini.
Ghita menyatakan bahwa tiap tahun biaya sekolah naik. Inflasi dari biaya pendidikan mencapai 15 persen setiap tahunnya. Itu berarti jika pada tahun ini sebuah sekolah memberikan uang pangkal sebesar 38 juta, maka perkiraan lima tahun mendatang akan mencapai angka 76 juta.
Hal tersebut tentu membuat orang tua harus benar-benar mempersiapkan keuangan bagi pendidikan anak. Ghita menganjurkan beberapa cara untuk menyiasati mahalnya pendidikan anak.
Ghita menyarankan orang tua memiliki gambaran terlebih dahulu pendidikan seperti apa yang diinginkan untuk anak. Setelah itu, lakukan survei kecil untuk mengetahui dana yang diperlukan untuk sekolah anak.
"Ketika sudah mengetahui dana yang diperlukan, hitung potensi keuangan yang dimiliki oleh orang tua," kata Ghita. Orang tua menghitung biaya yang dikeluarkan setiap bulan seperti utang cicilan dan kebutuhan bulanan. Setelah itu sisihkan dana khusus pendidikan anak sebagai tabungan.
Selain dalam bentuk tabungan atau deposito, Ghita menyarankan orang tua untuk ikut membuat strategi dana pendidikan seperti saham baik reksadana pasar uang maupun reksadana pendapatan tetap. "Kini banyak sekali bank atau lembaga keuangan lain yang membuka reksadana, jangan khawatir tertipu jika lembaga keuangan tersebut sudah berada di bawah pengawasan OJK," lanjutnya.
Strategi tersebut dapat digunakan untuk pendapatan jangka panjang yang berguna bagi dana pendidikan anak. "Dengan adanya deposito dan saham, orang tua tidak perlu kesulitan untuk menyiapkan biaya pendidikan anak secara mendadak atau malah berutang terlebih dahulu," tutupnya.