REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden komunitas pemerhati film Mata Sinema, Bobby Satya mengatakan, jika benar film Naura dan Genk Juara menyudutkan muslim, maka sangat disayangkan. Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara dengan muslim terbanyak dunia.
"Jika memang benar bahwa film tersebut berniat untuk menyudutkan Islam, sangat disayangkan karena apakah produser tidak sadar bahwa Anda hidup di negara yang memiliki umat Islam terbesar di dunia?" kata pria yang dikerap disapa Bang BS ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (21/11).
Ia mengaku sempat mendapat undangan menonton bareng Naura dan Genk Juara, namun acara itu dibatalkan. Pihak panitia nobar pun, kata dia, sempat meminta klarifikasi kontroversi film itu pada pihak produser, namun tidak ada jawaban sampai waktu yang ditentukan, sehingga agenda tersebut dibatalkan.
Melihat respons tersebut dan kritikan yang membanjir, Bang BS pun mengaku sudah tidak berminat menonton film tersebut secara pribadi. "Sayang banget jika sebuah karya yang harusnya diapresiasi sebagai sebuah karya anak bangsa, malah menjadi karya yang dihujat bahkan menimbulkan keresahan di masyarakat," lanjutnya menanggapi.
Ia mengatakan, Mata Sinema, hingga kini terus mendukung sinema Indonesia yang baik, positif, penuh hikmah dan bermanfaat bagi masyarakat penonton sinema di Indonesia. Ia pun menyarankan umat Islam yang tersinggung dan menggalang petisi untuk menolak film tersebut untuk bergandengan tangan mendukung semua sineas Muslim agar bisa semakin produktif menghasilkan karya-karya sinema yang berkualitas dan mengandung konten yang tidak hanya sekedar tontonan tapi juga tuntutan.
"Sehingga semua masyarakat Sinema di seluruh Indonesia bisa menonton tidak hanya dengan mata kepala tapi tentu saja dengan mata hati," ujar Bang BS.
Naura dan Genk Juara bercerita mengenai petualangan Naura dan teman-temannya di hutan dalam penyelamatan hewan. Film drama musikal ini disebut menekankan arti persahabatan dan beberapa hiburan edukasi dalam bentuk sains.
Yang jadi sorotan kritik dalam film ini adalah kehadiran karakter antagonis Trio Licik yang kerap mengucapkan kalimat istighfar sampai membaca doa makan ketika ketakutan. Sementara di sisi lain tidak ada karakter muslim baik yang menjadi penyeimbang di film ini.
Kritikan terhadap penggambaran tokoh Trio Licik awalnya banyak dibahas di grup pesan singkat dan media sosial Facebook serta Instagram. Kritikan berlanjut dengan hadirnya petisi online bertajuk "Stop Film Anak yang Melecehkan Agama" di Change.org. Petisi itu digagas oleh pengguna bernama Windi Ningsih dan hingga hari ini sudah mendapat 47.084 dukungan.