REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di hari keempat perilisannya, film Naura dan Genk Juara mendapat banyak kritikan karena dianggap menyinggung agama di beberapa adegan film. Kontroversi berawal dari penggambaran peran jahat Trio Licik di film tersebut yang digambarkan dengan sosok brewokan dan sesekali mengucap istighfar dan membaca doa sebelum makan.
Produser film Naura dan Genk Juara Amalia Prabowo memberikan tanggapannya, Rabu (22/11). "Tidak ada niatan sama sekali ke arah sana," kata Amalia kepada Republika.co.id.
Amalia mengatakan bahwa keputusan sosok Trio Licik adalah hasil Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh tim film. Dalam proses syuting pun dilakukan secara improvisasi dari setiap pemeran. "Di sana kita menggaet pendidik, anak dan tim dari kami. Jadi Trio Licik ini adalah sosok penjahat di mata anak-anak. Tolong lihat dari presepsi anak," lanjut Amalia.
Kritikan yang menyebar di media sosial membuat agenda nonton bareng di Bintaro gagal diadakan. Amalia menanggapi hal tersebut dengan pasrah. "Ada memang, tapi kami menanggapi dengan positif. Silakan, tapi baiknya untuk menonton dulu," lanjut Amalia.
Amalia mengatakan, salah tujuan dibuatnya Naura dan Genk Juara adalah untuk menghidupkan kembali film anak. "Masih banyak hal positif lain yang dapat diambil dari film ini," klaim wanita yang pertama kali menjadi produser ini.
Naura dan Genk Juara bercerita mengenai petualangan Naura dan teman-temannya di hutan dalam penyelamatan hewan. Film drama musikal ini disebut menekankan arti persahabatan dan beberapa hiburan edukasi dalam bentuk sains. Trio Licik merupakan tiga pria yang menjadi karakter penjahat di film tersebut.
Kritikan terhadap penggambaran tokoh Trio Licik awalnya banyak dibahas di grup pesan singkat dan media sosial Facebook serta Instagram. Sudah muncul juga petisi online agar film Naura & Genk Juara disetop.
Petisi bertajuk "Stop Film Anak yang Melecehkan Agama" di Change.org itu digagas oleh pengguna bernama Windi Ningsih dan sudah mendapat 47.084 dukungan