Kamis 16 Nov 2017 10:16 WIB

Anak Mengompol Lagi Bisa Jadi Bentuk Kecemasannya

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Indira Rezkisari
Anak mengompol/ilustrasi
Foto: Pixabay
Anak mengompol/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengompol diidentikkan dengan bayi atau batita. Biasanya di atas usia empat tahun anak sudah bisa mengontrol kemauannya untuk buang air kecil hingga tidak lagi mengompol.

Karena itu ketika anak yang sudah tidak lagi mengompol, lalu tiba-tiba sering mengompol lagi orang tua perlu menyikapinya. Seperti kasus NW yang membunuh anaknya karena mengompol lagi, NW kesal karena sebulan terakhir putranya mengompol lagi setelah sebelumnya sudah tak pernah begitu.

Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati telah bertemu dengan NW untuk berbicara. Rita mengatakan himpitan ekonomi selama dua bulan terakhir membuatnya kerap menumpahkan kekesalannya ke putranya. "Pada akhirnya setiap kekesalannya dilampiaskan pada anak. Anak mengalami kecemasan yang ditunjukan melalui anak yang kembali mengompol," kata Rita.

Rita menyatakan bahwa orang tua harus mengetahui bahwa kembalinya anak mengompol sebagai masalah kecemasan yang dialami pada anak. Dalam kasus tersebut GW sebulan terakhir ini kembali mengompol, hal tersebut malah memicu NW terus melakukan kekerasan.

"Dalam usia GW tersebut ia masih akan sangat tergantung pada orang tua," kata Rita

Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani menyatakan bahwa mengompolnya GW sebagai indikator anak cemas. Anna menuturkan bahwa hal tersebut kurang tepat untuk diberi hukuman. "Justru dihukum akan memperparah kecemasannya. Memang akan jauh lebih baik tidak dihukum apalagi sampai menggunaakan kekerasan yang berlebihan," kata Anna.

Rita menuturkan bahwa orang tua harus menyadari segala perubahan yang terjadi di masa tumbuh kembang anak. Anna melanjutkan jika ada sesuatu hal lain seperti mengompol, orang tua hendaknya mengetahui penyebabnya dan tidak menghukumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement